Santapan Rohani Hari Ini: Mengatasi Pengalih Perhatian |
Posted: 27 Jan 2015 09:00 AM PST Rabu, 28 Januari 2015 Baca: Lukas 10:38-42 10:38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya. —Lukas 10:42 Setiap hari saya berkendara di jalan raya yang sama dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Dari hari ke hari saya melihat semakin bertambahnya jumlah pengemudi yang teralihkan perhatiannya. Biasanya mereka sedang berbicara di telepon atau mengirim/membaca SMS, tetapi saya juga pernah melihat pengemudi yang membaca koran, merias wajah, dan makan semangkuk sereal sambil berusaha mengemudikan mobil yang melaju dengan kecepatan lebih dari 110 km per jam! Dalam keadaan tertentu, pengalih perhatian itu akan berlalu dengan cepat dan tidak membahayakan. Namun dalam sebuah kendaraan yang sedang melaju, pengalih perhatian bisa mematikan. Terkadang pengalih perhatian dapat membawa masalah dalam hubungan kita dengan Allah. Bahkan, hal itulah yang menjadi keprihatinan Yesus terhadap sahabat-Nya, Marta. Marta “sibuk sekali dengan pekerjaan rumah tangganya” dalam menyiapkan hidangan (Luk. 10:40 BIS). Ketika Marta mengeluh tentang Maria, saudara perempuannya, yang tidak membantunya (tampaknya karena pengabdian Maria kepada Kristus dan ajaran-Nya), Yesus berkata kepadanya, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya” (ay.41-42). Meski teralihkan perhatiannya, Marta sebenarnya bertujuan baik. Namun ia kehilangan kesempatan untuk mendengarkan Yesus dan menikmati kehadiran-Nya. Yesus layak mendapatkan pengabdian kita yang tertinggi, dan hanya Dia yang dapat sepenuhnya memampukan kita untuk mengatasi setiap pengalih perhatian dalam hidup ini. —WEC Tuhan, aku ingin punya hati seperti Maria—yang menyediakan waktu Jika ingin merasa sedih, lihat diri sendiri; ingin teralihkan, lihat sekeliling; ingin damai, lihat ke atas. Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 19-20, Matius 18:21-35 |
Dia Hadir … dan Memberi Anugerah! Posted: 27 Jan 2015 02:00 AM PST Oleh: Leokristi Mungkin kamu merasa hari-harimu adalah hari-hari biasa. Tidak ada yang istimewa. Kamu bangun pagi, siap-siap ke sekolah (atau kerja), mengerjakan tugas, ngobrol dengan temen, begitu seterusnya tiap hari. Semua yang terjadi ya memang sudah sewajarnya terjadi. Itulah yang kurasakan selama bertahun-tahun. Masa sekolahku adalah masa yang tak jauh berbeda seperti anak-anak pada umumnya. Sejak TK, SD, SMP hingga SMA aku bersekolah di sekolah swasta bersama dengan kakak perempuanku, putri dari saudara perempuan ibuku. Usia kami sama, hanya saja aku dua bulan lebih muda darinya. Saat TK, SD, dan SMP kami satu sekolah, bahkan satu kelas, hanya saja saat SMP kami berbeda kelas. Hingga akhirnya Ujian Nasional untuk SMP tiba. Kami lulus bersama, namun dengan hasil yang berbeda. Nilai kakakku ada jauh di atas nilaiku. Hal ini yang membuatnya dapat bersekolah di SMA Negeri, sedangkan aku hanya dapat bersekolah di SMA swasta. Mungkin kelihatannya sepele. Tetapi tidak bagiku. Aku cukup terpukul dan merasa minder saat itu. Selama ini aku merasa lebih baik dari kakakku. Nilai-nilai ujian harianku biasanya selalu di atas kakak perempuanku. Namun, kali ini, aku kalah. Aku tidak bisa meraih apa yang aku inginkan. Hari-hari awalku di SMA terasa sangat berat. Suatu hari aku membaca Alkitab, dan aku sampai pada firman Tuhan yang berkata "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22). Setiap malam aku membaca ayat ini, aku tulis dalam secarik kertas, aku ucapkan dengan mulutku. Aku seperti mensugesti diriku sendiri berdasarkan ayat firman Tuhan ini dengan mengatakan, "aku akan memperoleh apa yang aku minta kepada Tuhan asalkan aku berdoa dengan penuh kepercayaan kepada Allah". Setiap malam, sebelum aku tidur aku berdoa "Tuhan izinkanlah aku untuk masuk sekolah negeri". Aku bahkan pernah menulis impianku ini dalam catatan harianku. Hari pun berlalu. Dan aku mulai melupakan doa yang pernah aku ucapkan di awal masuk SMA itu. Bertahun-tahun tumbuh di lingkungan sekolah berlatar belakang Kristen dan Katolik, aku tentu saja percaya bahwa Tuhan itu ada. Aku berdoa dan membaca Alkitab. Tetapi, apakah Tuhan benar-benar mendengarkan? Entahlah… Aku tidak berani berharap banyak. Masa SMA-ku pun berjalan seperti biasa, normal seperti anak SMA pada umumnya. Pada tahun terakhir, aku mendapat tawaran dan dorongan dari guru BP-ku untuk mengisi sebuah formulir pendaftaran dan membuat surat lamaran untuk masuk universitas melalui jalur PMDK atau masa itu disebut PSSB. Sekali lagi aku tidak berani berharap banyak. Takut kecewa. Namun, Tuhan memakai momen itu untuk mengajarku bahwa Dia sungguh ada, Dia memegang kendali atas hidupku, dan Dia memperhatikan kerinduan hatiku. Beberapa waktu kemudian, di luar dugaan, aku diberitahu bahwa aku diterima di sebuah universitas negeri di Semarang. Aku tertegun. Rasanya sangat luar biasa. Ini anugerah! Hadiah yang tak terbayangkan! Pemberian yang sangat hebat! Saat teman-teman lain masih bingung harus meneruskan ke mana, aku sudah dinyatakan diterima masuk ke universitas negeri yang pernah kuimpikan. Betapa hatiku melimpah dengan ucapan syukur. Ya, hari-hari kita bisa saja terasa datar. Kita menaikkan doa-doa kita setiap hari tanpa ada sesuatu yang istimewa terjadi. Kita lalu ragu apakah Tuhan benar menyertai dan memperhatikan hidup kita. Sebagian orang bahkan mungkin berhenti berdoa dan akhirnya meninggalkan Tuhan. Kenyataannya, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Memang tak selalu Dia menjawab doa menurut waktu dan cara yang kita tentukan. Itu karena Dia Tuhan! Dia tahu apa yang dilakukan-Nya! Kita saja yang kadang-kadang merasa lebih tahu dari Tuhan, dan bahkan mungkin mencoba mengatur Tuhan kapan dan bagaimana Dia harus menjawab doa-doa kita. Lucu ya? Padahal, Allah kita adalah Allah yang Mahabijak dan Mahakuasa, Mahabaik dan Mahapemurah. Jelas Dia tahu hal terbaik yang kita perlukan! Seandainya Tuhan langsung memberikan apa yang aku inginkan, mungkin saja sampai hari ini aku tidak memahami apa artinya anugerah. Mungkin aku akan merasa sudah sewajarnya aku meraih semua yang aku peroleh, karena aku berusaha keras untuk itu. Mungkin aku akan selalu merasa diri lebih baik dari orang lain dan tidak mengandalkan Tuhan. Mungkin aku akan menjalani hari-hariku begitu saja tanpa ucapan syukur dari hati. Namun, dengan mengizinkanku mengalami kegagalan dan kekecewaan, Tuhan mengajarku untuk melihat setiap hari dan setiap kesempatan sebagai anugerah yang tak ternilai dari-Nya. |
You are subscribed to email updates from WarungSaTeKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
0 komentar:
Posting Komentar