Santapan Rohani Hari Ini: Keluar Dari Kegelapan

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Keluar Dari Kegelapan


Keluar Dari Kegelapan

Posted: 12 Jan 2015 09:00 AM PST

Selasa, 13 Januari 2015

Keluar Dari Kegelapan

Baca: Mazmur 77:2-16

77:2 Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah, dengan nyaring kepada Allah, supaya Ia mendengarkan aku.

77:3 Pada hari kesusahanku aku mencari Tuhan; malam-malam tanganku terulur dan tidak menjadi lesu, jiwaku enggan dihiburkan.

77:4 Apabila aku mengingat Allah, maka aku mengerang, apabila aku merenung, makin lemah lesulah semangatku. Sela

77:5 Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah, sehingga tidak dapat berkata-kata.

77:6 Aku memikir-mikir hari-hari zaman purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat.

77:7 Aku sebut-sebut pada waktu malam dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari-cari:

77:8 "Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi?

77:9 Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun?

77:10 Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?" Sela

77:11 Maka kataku: "Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah."

77:12 Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala.

77:13 Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.

77:14 Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami?

77:15 Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa.

77:16 Dengan lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela

Aku mau berseru-seru dengan nyaring kepada Allah . . . Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? —Mazmur 77:2,14

Keluar Dari Kegelapan

Saya tidak mengetahui persis keadaan menyedihkan apa yang mencengkeram Asaf, penulis Mazmur 77, tetapi saya pernah mendengar, bahkan mengucapkan ratapan seperti yang diucapkannya. Selama belasan tahun sejak saya kehilangan putri saya, banyak orang, yang juga pernah kehilangan seseorang yang mereka kasihi, telah membagikan kepedihan mereka kepada saya.

Mereka pernah berseru nyaring kepada Allah (ay.2); mengulurkan tangan tanda putus asa (ay.3); mengerang dan lemah lesu setiap kali mengingat Allah karena keadaan yang menyedihkan (ay.4); begitu terbeban hingga kehilangan kata-kata (ay.5); sangat takut Allah menolak mereka (ay.8), mengingkari janji (ay.9), dan merenggut kasih setia-Nya (ay.9).

Namun Asaf mengalami titik balik di ayat 11 setelah ia mengingat kembali karya-karya Allah yang luar biasa. Segala pikirannya berbalik untuk tertuju pada kasih Allah; pada ingatan tentang apa yang telah dilakukan-Nya; pada semua perbuatan Allah yang ajaib di masa lalu; pada penghiburan dari kasih setia dan belas kasihan-Nya; pada segala hal yang membangkitkan ingatan akan keajaiban dan kebesaran Allah; pada kekuatan dan pertolongan-Nya.

Keputusasaan dalam hidup itu memang nyata, dan tidak ada jawaban yang mudah untuk segala keraguan kita. Namun di tengah kegelapan—ketika kita mengingat kemuliaan, keagungan, kuasa, dan kasih Allah—keputusasaan kita akan mereda sedikit demi sedikit. Seperti Asaf, kita juga dapat mengingat kembali segala karya Allah, terutama berkat keselamatan yang dianugerahkan-Nya melalui Yesus, dan kita dapat kembali pada keadaan awal kita—bersandar dengan penuh rasa syukur dalam kasih-Nya yang ajaib. —JDB

Tuhan, kami takkan sanggup memahami kedalaman karakter-Mu
atau hikmat dari tindakan-Mu saat masalah menghimpit kami.
Tolong kami untuk datang kepada-Mu dengan mengingat kembali
segala kebaikan-Mu dan kasih-Mu yang mulia.

Mengingat masa lalu dapat membangkitkan harapan bagi masa kini.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 31-32, Matius 9:18-38

0 komentar:

Posting Komentar