Santapan Rohani Hari Ini: Kasih Yang Berakar

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Kasih Yang Berakar


Kasih Yang Berakar

Posted: 17 Nov 2014 09:00 AM PST

Selasa, 18 November 2014

Kasih Yang Berakar

Baca: Ibrani 13:15-25

13:15 Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.

13:16 Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.

13:17 Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.

13:18 Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik.

13:19 Dan secara khusus aku menasihatkan kamu, agar kamu melakukannya, supaya aku lebih lekas dikembalikan kepada kamu.

13:20 Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita,

13:21 kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.

13:22 Dan aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kata-kata nasihat ini kamu sambut dengan rela hati, sekalipun pendek saja suratku ini kepada kamu.

13:23 Ketahuilah, bahwa Timotius, saudara kita, telah berangkat. Segera sesudah ia datang, aku akan mengunjungi kamu bersama-sama dengan dia.

13:24 Sampaikanlah salam kepada semua pemimpin kamu dan semua orang kudus. Terimalah salam dari saudara-saudara di Italia.

13:25 Kasih karunia menyertai kamu sekalian.

Janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan. —Ibrani 13:16

Kasih Yang Berakar

Ketika memikirkan tentang seluruh keajaiban dari karya ciptaan Allah yang luar biasa, secara khusus saya terkagum dengan pohon sequoia berukuran raksasa. Raksasa hutan yang mengagumkan itu dapat tumbuh mencapai ketinggian sekitar 90 meter dengan diameter lebih dari 6 meter. Pohon sequoia bisa hidup hingga lebih dari 3.000 tahun dan tahan terhadap api. Bahkan kebakaran hutan dapat membuat buah-buah sequoia pecah dan menyebarkan benih-benihnya di atas daratan hutan yang telah terpupuk oleh abu. Mungkin fakta yang paling mengagumkan dari sequoia adalah bahwa pepohonan tersebut dapat tumbuh di atas tanah sedalam 1 meter saja dan batangnya yang tinggi dapat bertahan terhadap tiupan angin kencang. Kekuatan pepohonan itu terletak pada kenyataan bahwa akar-akar dari setiap pohon sequoia terjalin satu sama lain, dan jalinan itu memberikan kekuatan dan sumber daya yang dinikmati bersama oleh setiap batang pohon.

Rencana Allah bagi kita adalah sama seperti itu. Kemampuan kita untuk tetap teguh berdiri, di tengah segala terpaan angin kehidupan, berhubungan langsung dengan kasih dan dukungan yang kita dapatkan dari Allah dan sesama. Dan kemudian, seperti yang dikatakan oleh penulis kitab Ibrani, kita harus “berbuat baik dan memberi bantuan” (13:16). Bayangkan beratnya derita yang kita hadapi apabila tidak ada seorang pun yang membagikan akar kekuatannya dengan kita.

Alangkah besarnya kekuatan yang terjalin dalam untaian kata-kata yang memberikan dorongan, doa-doa syafaat, berbagi kesedihan, saling memperhatikan, dan juga kehadiran kita untuk mau mendampingi seseorang yang kita kasihi. —JMS

Ya Tuhan, terima kasih atas jalinan kekuatan-Mu dalam hidupku.
Arahkanlah aku hari ini kepada seseorang
yang membutuhkan kasih berupa kekuatan dari segala
sumber daya yang telah Engkau berikan kepadaku.

Kiranya akar dari kasih Allah dalam hidupmu terjalin dengan mereka yang membutuhkan dukunganmu.

Menemukan Kasih Sejati

Posted: 16 Nov 2014 11:30 PM PST

Oleh: Yusuf Rianto

menemukan-kasih-sejati

Saya lahir dari seorang Ibu yang beragama Kristen dan ayah yang beragama lain. Saya pergi ke gereja karena diajak oleh tante saya. Tidak banyak yang saya tahu tentang kekristenan, tetapi saya suka mendengar cerita guru-guru sekolah minggu tentang Yesus karena Dia adalah sosok yang hebat dan mengasihi semua anak, termasuk saya. Saya sendiri tidak pernah merasakan kasih dalam keluarga. Ayah saya sering memarahi ibu saya, dan juga bertengkar dengan kakak saya. Keluarga kami memang kurang harmonis. Saya membenci ayah saya, apalagi ketika kemudian ibu saya meninggal. Menurut saya yang saat itu masih remaja, ayahlah yang membuat ibu stres, sakit parah, dan akhirnya meninggal.

Namun Tuhan memakai pengalaman yang menyakitkan itu untuk menyadarkan saya bahwa manusia itu terbatas. Semua manusia cepat atau lambat akan mati seperti ibu saya. Hingga pemakaman berakhir, pikiran saya terus dipenuhi pertanyaan, "Jika suatu hari nanti saya mati, apa yang akan terjadi dengan saya?" Saya ingat saat itu saya sampai bertanya kepada beberapa guru agama. Beberapa bulan kemudian, Tuhan sendiri menjawab pertanyaan saya. Melalui sebuah KKR di gereja, saya mendengarkan kabar baik tentang kehidupan kekal yang disediakan Yesus Kristus bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Selama ini saya mengagumi Yesus sebagai tokoh yang hebat, tetapi tidak suka mendengar cerita tentang kematian-Nya di kayu salib. Bagi saya, seorang super hero seharusnya tidak boleh mati. Jika Yesus benar-benar Allah, mengapa Dia malah mati? Namun, hari itu Tuhan menolong saya mengerti bahwa Yesus mati bukan karena Dia tidak berdaya. Dia menggantikan saya yang seharusnya dihukum Allah karena dosa-dosa saya. Kematian-Nya menunjukkan betapa Allah sangat serius menghukum dosa. Namun, karena kasih Allah yang besar, Yesus menggantikan saya menanggung hukuman itu. Saya kini menjadi orang yang dibenarkan. Hati saya bergetar. Betapa Tuhan mengasihi saya. Ketika pendeta bertanya apakah ada yang mau percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saya pun mengangkat tangan dan maju ke depan tanpa ragu. Kini saya tahu, jika suatu hari saya meninggal seperti ibu, Allah akan menyambut saya di surga-Nya.

Sejak hari itu hidup saya berubah. Hati saya dipenuhi kerinduan untuk makin mengenal Yesus. Saya mulai rajin membaca Alkitab dan ikut ambil bagian dalam pelayanan remaja di gereja saya. Perlahan namun pasti, saya makin mengerti apa artinya menjadi seorang pengikut Kristus. Namun, tidak berarti segala sesuatu berjalan dengan mulus. Saya masih kesulitan untuk memaafkan ayah saya, padahal jika saya mau sungguh-sungguh menaati Kristus, seharusnya saya menghormati dan mengasihi ayah saya. Bersyukur Tuhan menempatkan seorang pembimbing rohani yang banyak menolong saya pada masa-masa itu. Ia tahu betul pergumulan saya. Ia mendorong saya untuk terus berdoa, mohon Tuhan sendiri yang memberi kekuatan untuk mengampuni ayah saya. Hari ini, oleh kemurahan Tuhan, saya memiliki hubungan yang baik dengan ayah saya. Hati saya tidak lagi penuh kebencian, tetapi diliputi kedamaian yang besar. Kami sudah saling memaafkan, dan sikap ayah saya pun mulai berubah lebih baik. Kini, setiap ada kesempatan, saya berusaha menceritakan kepada ayah tentang apa yang telah dilakukan Tuhan Yesus dalam hidup saya. Saya terus berdoa agar suatu hari nanti ayah saya juga dapat mengenal dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

0 komentar:

Posting Komentar