Santapan Rohani Hari Ini: Hangatnya Mentari

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Hangatnya Mentari


Hangatnya Mentari

Posted: 21 Nov 2014 09:00 AM PST

Sabtu, 22 November 2014

Hangatnya Mentari

Baca: Mazmur 6

6:1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Menurut lagu: Yang kedelapan. Mazmur Daud.

6:2 Ya TUHAN, janganlah menghukum aku dalam murka-Mu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah-Mu.

6:3 Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar,

6:4 dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?

6:5 Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu.

6:6 Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?

6:7 Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.

6:8 Mataku mengidap karena sakit hati, rabun karena semua lawanku.

6:9 Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah mendengar tangisku;

6:10 TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku.

6:11 Semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata.

Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku. —Mazmur 6:7

Hangatnya Mentari

Suatu hari pada bulan November 1963, Brian Wilson dan Mike Love dari grup musik The Beach Boys menulis sebuah lagu dengan nada yang jauh berbeda dari lagu-lagu riang yang menjadi ciri khas dari grup musik tersebut. Lagu tersebut adalah sebuah lagu sedih tentang cinta yang telah hilang. Di kemudian hari, Mike mengatakan, “Seberat apa pun perasaan kehilangan itu, satu hal baik yang muncul dari perasaan itu adalah pengalaman pernah jatuh cinta itu sendiri.” Mereka memberikan judul The Warmth of the Sun (Hangatnya Mentari) pada lagu tersebut.

Menulis lagu dengan didasari peristiwa yang menyedihkan bukanlah hal yang baru. Sejumlah mazmur Daud yang paling menyentuh hati ditulisnya pada saat mengalami peristiwa kehilangan yang sangat mendalam. Mazmur 6 adalah salah satunya. Walaupun tidak ada penjelasan tentang peristiwa yang mendorong penulisan tersebut, lirik mazmur itu dipenuhi kesedihan, “Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku. Mataku mengidap karena sakit hati” (ay.7-8).

Namun nyanyian tersebut tidak berakhir di situ. Daud memang merasa begitu pedih dan berduka, tetapi ia juga menyadari adanya penghiburan Allah. Dan ia pun menulis, “TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku” (ay.10).

Dalam kepedihannya, Daud bukan hanya menciptakan suatu nyanyian, tetapi ia juga meneguhkan hatinya untuk mempercayai Allah yang setia memberikan penghiburan di tengah masa-masa sulit dalam hidupnya. Lewat kehadiran Allah yang menghangatkan jiwa, kedukaan kita menyiratkan secercah harapan. —WEC

Bapa yang di surga, hidup ini dapat terasa sangat indah, tetapi juga
sangat sulit. Tolong kami untuk mencari-Mu baik di masa senang
maupun sulit. Tolong kami untuk selalu ingat, bahwa Engkaulah
harapan kami yang teguh di dunia yang kadang mengabaikan kami.

Nyanyian dukacita dapat mengarahkan hati kita kepada Allah yang menyediakan sukacita kekal bagi kita.

0 komentar:

Posting Komentar