Santapan Rohani Hari Ini: Pulau Kecil

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Pulau Kecil


Pulau Kecil

Posted: 23 Oct 2014 10:00 AM PDT

Jumat, 24 Oktober 2014

Pulau Kecil

Baca: Titus 3:1-7

3:1 Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.

3:2 Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.

3:3 Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.

3:4 Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,

3:5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,

3:6 yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,

3:7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.

Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang. —Titus 3:2

Pulau Kecil

Singapura adalah sebuah negara pulau yang kecil. Begitu kecilnya sehingga orang pun sulit menemukannya di peta dunia. (Cobalah mencarinya di peta, jika kamu belum mengetahui di mana letak Singapura). Karena kepadatan penduduknya, sikap tenggang rasa terhadap orang lain menjadi sangat penting. Seorang pria pernah menulis pesan kepada tunangannya yang akan berkunjung ke Singapura untuk pertama kalinya, demikian: “Di sini ruang sangat terbatas. Oleh karena itu . . . kau harus selalu peka terhadap ruang di sekelilingmu. Kau harus selalu siap untuk menepi agar kau tidak menghalangi jalan orang lain. Kuncinya, milikilah sikap tenggang rasa.”

Rasul Paulus menulis kepada Titus, seorang gembala jemaat yang masih muda: “Ingatkanlah mereka supaya . . . taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang” (Tit. 3:1-2). Ada yang mengatakan, “Hidup kita mungkin satu-satunya Alkitab yang pernah dibaca oleh sebagian orang.” Dunia tahu bahwa orang Kristen seharusnya berbeda. Apabila kita suka bersungut-sungut, hanya memikirkan diri sendiri, dan berlaku kasar, apakah yang akan dipikirkan orang lain tentang Kristus dan kabar baik yang kita bagikan?

Bertenggang rasa dapat menjadi semboyan hidup yang baik dan mungkin dilakukan ketika kita bergantung kepada Allah. Sikap itu juga menjadi salah satu cara untuk meneladan Kristus dan menunjukkan pada dunia bahwa Yesus sanggup menyelamatkan dan mengubahkan hidup manusia. —PFC

Ya Tuhan, tolonglah kami agar bermurah hati, berlaku baik, dan
bertenggang rasa, di gereja dan juga di tengah masyarakat. Kiranya
dunia yang menyaksikannya dapat melihat hidup umat-Mu yang telah
diubahkan dan percaya pada kuasa-Mu yang mengubahkan hidup.

Karaktermu mendukung kesaksianmu.

Menghalau Galau

Posted: 23 Oct 2014 12:30 AM PDT

Oleh: Inike Lamria Siregar

menghalau-galau

Belakangan makin sering saja kudengar kata "galau". Istilah yang memang baru tren di kalangan kaum muda ini merujuk pada rasa kuatir dan bingung sendiri ketika harus mengambil sebuah pilihan. Sebagai anak-anak muda Kristen, boleh enggak sih kita galau?

Lirik salah satu lagu rohani berkata demikian:
"…ombak yang menderu tak membuat galau hatiku, ku tau ku selalu mengandalkan-Mu"
(Sampai Batas Waktu, GMB)

Kalau dipikir-pikir, lirik ini bener banget. Mengapa harus galau jika kita punya Tuhan yang dapat diandalkan?

Memang, hidup ini tidaklah semulus jalan tol. Tetapi daripada galau, aku lebih suka “bergumul” dengan masalah yang menghadang. Dalam bergumul kita akan lebih serius, tidak main-main, fokus, dan tentu saja berserah kepada Tuhan. Berserah bukan pasrah, tapi menyerahkan setiap masalah atau pilihan kita kepada Tuhan sebagai pembuat keputusan.

Dalam kegalauan biasanya kita hanya berputar-putar dengan pikirannya sendiri tanpa mengambil tindakan apa-apa. Dalam pergumulan, kita berjuang melakukan sesuatu untuk menghadapi masalah dan mencari solusi. Sebagai para pengikut Kristus, bergumul berarti mendekat kepada Tuhan, berupaya menemukan jawaban atau kehendak-Nya. Makin dekat kita kepada-Nya, makin pekalah kita dengan apa yang Dia ingin kita lakukan, dan makin dapatlah kita menghalau galau… =)

Lalu, gimana caranya dekat dengan Tuhan? Bayangkanlah kalau kamu ingin dekat dengan seseorang. Tentunya kamu berusaha PDKT (pendekatan) dong. Berikut tiga langkah PDKT yang bisa kamu praktikkan untuk memulainya:

Pertama, kita harus sering-sering ketemu dan berkomunikasi. Berbicaralah kepada Tuhan melalui doa. Berdoalah dengan tekun dan sungguh-sungguh. Ceritakan setiap masalah yang kita hadapi. Dia adalah pendengar yang setia dan pemberi solusi yang handal. Dia juga tidak terbatas tempat dan waktu, kita dapat datang pada-Nya kapan saja dan di mana saja. Dia mengundang kita untuk mencurahkan isi hati kita kepada-Nya: "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" – Filipi 4:6

Kedua, kita harus banyak bergaul dengan keluarga-Nya. Keluarga Allah terdiri atas orang-orang yang benar-benar hidup dalam Firman-Nya (Lukas 8:21). Pergilah ke gereja secara teratur. Hadiri persekutuan kaum muda atau bergabunglah dengan kelompok-kelompok pendalaman Alkitab. Berkumpul dengan sesama saudara seiman adalah cara hidup jemaat mula-mula. Kita bisa belajar dari satu sama lain, saling menyemangati, saling membangun, sehingga pengenalan kita akan Allah dapat terus bertumbuh. Mendengar sembarang nasihat orang bisa bikin kita tambah galau. Tetapi mendengar masukan bijak dan melihat teladan dari orang-orang yang hidup dekat dengan Allah, akan menolong kita membuat pilihan-pilihan yang tepat.

Ketiga, kita harus kepo sama Tuhan dengan membaca firman-Nya. Kita harus sungguh-sungguh mau tahu apa yang diinginkan Tuhan di dalam kehidupan kita. Jangan puas dengan mendengar kata orang atau khotbah di gereja saja. Ambillah waktu pribadi untuk bersaat teduh, membaca dan merenungkan Alkitab secara teratur. Kalau kita jarang atau bahkan belum pernah membaca Alkitab, wajar saja kita galau, karena kita tidak banyak tahu tentang Dia. Jangan termakan apa kata orang kalau kamu sendiri belum ngecek kebenarannya dalam Alkitab.

Makin dekat kita kepada Tuhan,
makin pekalah kita dengan apa yang Dia ingin kita lakukan,
dan makin dapatlah kita menghalau galau… =)

0 komentar:

Posting Komentar