Santapan Rohani Hari Ini: Penunjuk Arah Rohani |
Posted: 25 Aug 2014 10:00 AM PDT Selasa, 26 Agustus 2014 Baca: Mazmur 119:97-106119:97 Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. —Mazmur 119:105 Longitude (Garis Bujur), buku pemenang penghargaan, karya Dava Sobel, menggambarkan satu dilema yang dihadapi para pelaut masa lalu. Mereka bisa dengan mudah menentukan posisi mereka pada garis lintang utara atau selatan dengan memperhatikan panjang hari atau ketinggian matahari. Namun cara menentukan posisi pada garis bujur timur atau barat tetaplah tidak mudah dan tidak benar-benar dapat diandalkan. Hal itu terjadi sampai John Harrison, seorang pembuat jam asal Inggris, menemukan kronometer laut. Itulah “jam yang akan selalu menunjukkan waktu yang tetap dari titik awal berlabuh . . . hingga ke sudut terpencil mana pun di dunia” sehingga para pelaut dapat menentukan posisi mereka pada garis bujur. Dalam mengarungi lautan hidup ini, kita memiliki Alkitab sebagai penunjuk arah rohani yang benar-benar dapat diandalkan. Pemazmur menulis, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari” (Mzm. 119:97). Pemazmur tidak hanya sesekali membaca firman Allah, melainkan ia merenungkan petunjuk Tuhan di sepanjang hari: “Peringatan-peringatan-Mu kurenungkan” (ay.99). Hal itu diperkuat dengan komitmen pemazmur untuk menaati Sang Penulis: “Aku telah bersumpah dan aku akan menepatinya, untuk berpegang pada hukum-hukum-Mu yang adil” (ay.106). Sebagaimana para pelaut zaman dahulu, kita memerlukan panduan yang terus-menerus dapat menolong kita dalam mengetahui arah hidup dan menjaga kita tetap berada di jalur yang benar. Itulah yang terjadi ketika kita mencari Tuhan hari demi hari dengan hati yang terbuka dan rela untuk mengatakan, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” —DCM Kita perlu bimbingan Allah sumber hikmat surgawi, Jika Allah menjadi penunjuk arah, kamu akan menuju ke arah yang benar. |
Ulasan Film: 12 Tahun Mengejar Kemerdekaan Posted: 24 Aug 2014 07:30 PM PDT Judul film: 12 Years of Slave Pemain: Chiwetel Ejiofor, Dwight Henry, Dickie Gravois, Bryan Batt, Ashley Dyke, Kelsey Scott, Quvenzhané Wallis, Cameron Zeigler, Tony Bentley, Scoot McNairy, Taran Killam dan masih banyak lagi
Film ini merupakan adaptasi dari sebuah kisah nyata yang terjadi saat perbudakan masih dilegalkan. Tokoh utamanya, Solomon Northup (diperankan oleh Chiwetel Ejiofor) lahir sebagai orang yang merdeka. Namun, ketika suatu hari ia menerima tawaran untuk bekerja di kota lain, hidupnya tiba-tiba berubah. Tawaran tersebut ternyata hanyalah sebuah jebakan. Ia dijual sebagai budak, dan harus bekerja dalam status itu selama dua belas tahun selanjutnya di negara bagian New Orleans, Louisiana. Northup tak dapat lagi menikmati kehidupan yang merdeka dan perlakuan yang adil, karena tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang warga negara yang merdeka. Tak hanya itu, ia juga menjadi saksi mata atas berbagai perlakuan tidak adil yang dialami para budak yang bekerja bersama-sama dengannya. Film ini sangat menarik untuk ditonton, bukan hanya karena balutan lagu-lagu pendukungnya yang merdu, tetapi juga karena ada banyak sekali fakta sejarah (termasuk fakta kelam tentang perbudakan) yang bisa menjadi pelajaran bagi kita di zaman ini. Salah satunya yang saya renungkan adalah fakta tentang betapa berharganya kemerdekaan itu. Dua belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk memperoleh sebuah kemerdekaan. Sungguh tidak mudah! Bayangkanlah bila kita hidup sebagai budak pada zaman penjajahan, tidak ada kebebasan yang bisa kita nikmati. Sama halnya dengan hidup yang diperbudak oleh dosa. Belenggu dosa membuat kita tidak bisa menikmati hidup yang tenang dan damai, membuat kita tidak bisa leluasa hidup dalam kebenaran dan keadilan. Fakta menarik lainnya adalah tentang berbagai sikap orang yang mengaku Kristen terhadap perbudakan. Sebagai orang percaya, kita ditantang untuk menguji apakah Alkitab mengajarkan kita untuk mendukung atau menentang perbudakan. Meski perbudakan sudah dilarang, fenomena ketidakadilan masih terus terjadi di tengah dunia. Jikalau ketidakadilan itu dijumpai di tengah komunitas kita, akankah kita, sebagai para saksi Kristus, berani bertindak? Ataukah kita akan sekadar menjadi penonton saja? |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar