Santapan Rohani Hari Ini: Kudus, Kudus, Kudus

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Kudus, Kudus, Kudus


Kudus, Kudus, Kudus

Posted: 09 Aug 2014 10:00 AM PDT

Minggu, 10 Agustus 2014

Kudus, Kudus, Kudus

Baca: Wahyu 4

4:1 Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.

4:2 Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.

4:3 Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.

4:4 Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.

4:5 Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.

4:6 Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.

4:7 Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.

4:8 Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

4:9 Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,

4:10 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:

4:11 "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

Dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.” —Wahyu 4:8

Kudus, Kudus, Kudus

Waktu begitu cepat berlalu ketika kita bersenang-senang.” Walaupun waktu sebenarnya tidak berjalan lebih cepat, tetapi begitulah perasaan yang sering kita alami.

Ketika kita sedang bergembira, waktu terasa berlalu begitu cepat. Mengerjakan apa yang saya senangi, atau menemani orang yang saya sukai bisa membuat saya lupa waktu.

Mengalami “kenyataan” itu memberi saya pemahaman baru tentang peristiwa yang terlukiskan dalam Wahyu 4. Dahulu, saat membayangkan keempat mahkluk hidup yang duduk di sekeliling takhta Allah itu terus mengulangi kata-kata yang sama, saya berpikir, Alangkah membosankannya!

Sekarang saya tak lagi berpikir demikian. Saya berpikir tentang peristiwa-peristiwa yang telah mereka saksikan dengan mata mereka yang banyak (ay.8). Saya membayangkan pemandangan yang mereka lihat dari tempat mereka di sekeliling takhta Allah (ay.6). Saya berpikir, pastilah mereka menyaksikan dengan kagum bagaimana Allah yang bijaksana dan penuh kasih mau berurusan dengan umat manusia yang berdosa. Lalu saya berpikir, Mungkinkah ada respons yang lebih baik? Adakah yang bisa dikatakan selain, “Kudus, kudus, kudus”?

Apakah mengatakan kata-kata yang sama berulang kali itu membosankan? Tidak, apabila kamu bersama orang yang kamu kasihi. Tidak, apabila kamu sedang menggenapi maksudmu diciptakan.

Seperti keempat makhluk itu, kita diciptakan untuk memuliakan Allah. Hidup kita takkan pernah terasa membosankan jika kita memusatkan perhatian pada Allah dan memuliakan nama-Nya. —JAL

Suci, suci, suci, Tuhan Mahakuasa
Dikau kami puji di pagi yang teduh.
Suci, suci, suci, murah dan perkasa,
Allah Tritunggal, agung nama-Mu! —Heber
(Kidung Jemaat, No. 2)

Hati yang selaras dengan Allah, tidak mungkin tidak, pasti akan menaikkan pujian bagi-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar