Santapan Rohani Hari Ini: Tanpa Belas Kasih |
Posted: 12 Jul 2014 10:00 AM PDT Minggu, 13 Juli 2014 Baca: 1 Petrus 4:1-114:1 Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, –karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa–, Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran. —Amsal 19:11 Saya menjuluki mobil keluarga kami dengan sebutan “Tanpa Belas Kasih”. Biasanya mobil saya berulah pada Minggu pagi. Saya sudah memasukkan ke dalam mobil berbagai barang untuk keperluan ibadah di gereja, lalu duduk, menutup pintunya, dan Jay mulai memundurkan mobil dari garasi. Ketika saya belum duduk dengan nyaman, peringatan untuk memakai sabuk pengaman sudah mulai berbunyi. “Tolonglah,” ujar saya pada alat itu, “beri aku semenit lagi.” Alat itu mengabaikan permohonan saya sambil terus berbunyi sampai saya mengenakan dan mengunci sabuk pengamannya. Hal kecil yang menyebalkan seperti itu mengingatkan kita akan apa yang terjadi dengan hidup ini seandainya tidak ada lagi belas kasihan. Kita akan segera dituntut untuk mempertanggungjawabkan setiap kesalahan yang kita buat. Takkan ada waktu untuk menyesal atau mengubah perilaku. Tiada pengampunan. Tiada belas kasihan. Tiada pengharapan. Kadang-kadang hidup ini terasa seperti berjalan dalam suatu dunia yang tanpa belas kasih. Ketika kekeliruan kecil dibesar-besarkan menjadi suatu kegagalan total, atau ketika orang menolak untuk mengampuni kesalahan dan pelanggaran sesamanya, kita semua akhirnya terbebani oleh perasaan bersalah yang tidak seharusnya kita tanggung. Dalam anugerah-Nya, Allah mengutus Yesus untuk menggantikan kita memikul beban itu. Barangsiapa yang menerima kasih karunia Allah telah mendapat hak istimewa untuk meneruskannya kepada orang lain dalam nama Kristus: “Yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa ” (1Ptr. 4:8). —JAL Allah Bapa, dunia di sekitar kami sering bersikap kejam dan keras Ketika kita mensyukuri kasih yang telah kita terima, dengan senang hati kita meneruskannya pada sesama. |
Posted: 12 Jul 2014 09:55 AM PDT Baca: 1 Yohanes 2:15-172:15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
Jim Clark telah 2 kali memenangi Kejuaraan Dunia Formula 1. Banyak yang berkata bahwa ia akan menjadi pencetak rekor baru, karena ia sudah menjadi pembalap yang begitu hebat di usia yang sangat muda. Namun demikian, ia menemui ajalnya dalam sebuah ajang Formula 2 pada 7 April 1968. Ia memilih ikut serta dalam perlombaan yang kelasnya lebih rendah itu, meski seharusnya ia tidak berada di sana. Banyak hal besar yang digagalkan oleh karena kesalahan yang kecil. Satu noda merusak lukisan yang indah. Satu kesalahan menghancurkan pertunjukan yang hebat. Satu mikroba membuat sebuah pisau bedah tidak dapat digunakan lagi. Kehidupan yang bahagia, bersinar, dan memuaskan terkadang dihancurkan oleh satu tindakan sesaat yang bodoh. Sudah banyak orang yang hidupnya berantakan hanya karena hal-hal yang kelihatannya remeh. Lihatlah di sekitar kita! Ada begitu banyak cara menikmati hidup yang tersedia pada zaman ini. Namun ada begitu banyak pula hidup yang hancur akibat “kesenangan” sesaat yang kelihatan aman-aman saja pada awalnya. Kesenangan itu menjadi berbahaya saat ia mulai mengambil alih kendali hidup kita. Ketika kita menjadi terobsesi dengan sesuatu, apapun itu, pertumbuhan rohani kita akan terhambat. Hobi yang tampaknya baik-baik saja bisa menjadi sesuatu yang tidak terkendali. Jangan lupakan peringatan Firman Tuhan: "siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu" (2Ptr.2:19). Terkadang kita mencari hiburan untuk mengalihkan pikiran kita dari masalah-masalah hidup. Ketika kita bersenang-senang, kita bisa melupakan kehampaan hidup kita. Seperti Jim, yang berhasrat untuk selalu berlomba, kita bisa dikendalikan begitu rupa oleh berbagai hal yang tadinya hanya untuk hiburan. Orang Kristen pun tidak lepas dari jerat yang sama! Meskipun kita sadar bahwa kepuasan dan keutuhan hidup hanya datang dari Allah, kita dapat dengan sangat mudah teralih oleh hal-hal lain. Mungkin, sekalipun kita adalah orang Kristen, kita masih merasakan masalah dan kehampaan hidup yang sama dengan yang dialami oleh orang-orang dunia. Allah menjanjikan kita hidup yang berkelimpahan. Dunia ini sama sekali tidak mengajarkan rahasia dari hidup yang bahagia. Jika kita mengisi hidup ini dengan kesenangan yang berbahaya atau yang membuat kita kecanduan, kesenangan itu dapat menghancurkan kita dan membuat kita tidak lagi dapat merasakan kasih dan penghiburan Allah. Kita perlu hidup dekat dengan-Nya agar kita dapat menikmati kelimpahan dari-Nya. Jika kita mencari kepuasan dari sumber yang lain, kita akan diperbudak oleh apapun sumber itu. Yesus tidak datang hanya untuk memberi kita hidup;
Bukan Trivia Piala Dunia1. Bagaimana kamu membandingkan semangatmu dalam mengikuti Piala Dunia (atau acara lain yang merupakan favoritmu) dengan semangatmu dalam berdoa dan belajar Firman Tuhan? 2. Setujukah kamu bahwa “kita bisa dikendalikan begitu rupa oleh berbagai hal yang tadinya hanya untuk hiburan”? Apa yang saat ini mengendalikan caramu menggunakan waktu, uang, dan hal-hal lain dalam hidupmu? |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar