Santapan Rohani Hari Ini: Perhatian Penuh Kasih

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Perhatian Penuh Kasih


Perhatian Penuh Kasih

Posted: 02 Jul 2014 10:00 AM PDT

Kamis, 3 Juli 2014

Perhatian Penuh Kasih

Baca: 1 Tesalonika 2:1-7

2:1 Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia.

2:2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.

2:3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya.

2:4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.

2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis–hal itu kamu ketahui–dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi–Allah adalah saksi–

2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.

2:7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.

Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. —1 Tesalonika 2:7

Perhatian Penuh Kasih

Max mengelola sebuah peternakan kecil sebagai hobinya. Baru-baru ini ketika sedang memeriksa keadaan sapi-sapi yang dipeliharanya, ia kaget saat menemukan seekor anak sapi yang baru lahir! Pada saat membeli induk sapi itu, ia tidak tahu bahwa sapi itu sedang mengandung. Yang sangat disayangkannya, si induk sapi mengalami sakit dan mati tak lama setelah melahirkan. Max langsung membeli sejumlah susu bubuk supaya ia bisa memberi minum anak sapi itu lewat botol. Max berkata, “Anak sapi itu mengira aku ini induknya!”

Cerita menarik tentang peran baru Max bersama anak sapi tersebut mengingatkan saya tentang Rasul Paulus yang mengumpamakan dirinya seperti seorang ibu ketika menghadapi jemaat di Tesalonika: “Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya” (1Tes. 2:7).

Rasul Paulus menunjukkan sikap penuh kasih dalam mengajar orang-orang yang diasuhnya. Ia mengetahui bahwa jemaat memerlukan “air susu yang murni dan yang rohani” demi pertumbuhan rohani mereka (1Ptr. 2:2). Akan tetapi Paulus juga memberikan perhatian khusus terhadap beragam masalah dari jemaat itu. “Seperti bapa terhadap anak-anaknya,” kata Paulus, “[kami] menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah” (1Tes. 2:11-12).

Ketika kita saling melayani, kiranya kita melakukannya dengan perhatian yang penuh kasih seperti teladan Juruselamat kita, sehingga kita saling menguatkan dalam perjalanan iman kita (Ibr. 10:24). —HDF

Ya Tuhan, tolonglah aku agar menjadi peka
dan penuh kasih saat aku melayani sesama.
Tolong aku agar sama seperti Engkau
melayani sesama dengan penuh kasih dan kelembutan.

Allah mencurahkan kasih-Nya ke dalam hati kita agar kita meneruskannya ke dalam hidup sesama.

Miskin Jadi Kaya

Posted: 02 Jul 2014 09:55 AM PDT

Kamis, 3 Juli 2014

Header-TaktikJitu
Day 21
Lihat Sumber Foto

Baca: Kejadian 50:15-22

50:15 Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: “Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya.”

50:16 Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: “Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan:

50:17 Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu.” Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya.

50:18 Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: “Kami datang untuk menjadi budakmu.”

50:19 Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: “Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?

50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

50:21 Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.” Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.

50:22 Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya; dan Yusuf hidup seratus sepuluh tahun.

 

Konon, Garrincha, sang pemain legendaris asal Brasil, seharusnya tidak pernah menjadi seorang pemain. Kedua kakinya tidak sama panjang. Pergelangan kaki kirinya melengkung keluar, sementara yang kanan bengkok ke dalam. Dokter anak yang menanganinya memperkirakan ia akan tumbuh dengan pincang. Namun Anjo de Pernas Tortas atau "sang malaikat berkaki bengkok" telah mencengangkan semua orang. Ia menjadi penggiring bola terbaik dalam sejarah sepakbola, bermain dalam kompetisi tingkat tertinggi, dan membantu Brasil memenangi Piala Dunia dua kali. Permainannya yang luar biasa pada semifinal Piala Dunia 1962 membuat surat kabar asal Cile Mercurio menulis, "Dari planet apa Garrincha berasal?" Kisah hidup sang bintang yang tak disangka ini menjadi contoh kisah klasik tentang si miskin yang jadi kaya.

Kisah Yusuf bahkan jauh lebih menakjubkan. Meskipun dibenci oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak di negeri asing, didekati oleh istri majikannya, dan dipenjarakan karena tuduhan yang direkayasa, ia pun akhirnya menjadi perdana menteri Mesir dan menyelamatkan seluruh keluarganya dari kelaparan. Kisah semacam itu menyentuh hati kita karena sifatnya yang mencerminkan kisah terbesar sepanjang masa—kisah karya penebusan Allah bagi kita. Kecemerlangan Garrincha memang pudar dalam sekejap setelah kemunculannya sekilas di hadapan dunia, tetapi warisan Yusuf tetap hidup lewat keturunannya pada masa kini. Ia tidak mengandalkan kemampuannya sendiri, keberuntungan, atau kegigihannya, tetapi mengandalkan Allah yang menyertainya (Kej. 39:2).

Apakah Anda merasa hidup ini tidak adil? Lakukanlah apa yang dilakukan Yusuf, dan serahkan selebihnya kepada Allah untuk bertindak.

Kejarlah transformasi; jangan cuma puas dengan reformasi.

 

:) Trivia Piala Dunia

41. Tim “kuda hitam” manakah yang berhasil menjungkalkan Inggris 1-0 dalam putaran pertama Piala Dunia FIFA tahun 1950?

Yang Terpenting Bukan Sepakbola

Posted: 01 Jul 2014 08:15 PM PDT

Seri Kesaksian Atlet

Lee Young-Pyo

Ketika Lee Young Pyo melangkah keluar lapangan untuk terakhir kalinya sebagai seorang pemain sepakbola profesional pada pertandingan penutup musim 2013 bersama Vancouver Whitecaps, para penonton di stadion BC Place pun berdiri dan memberikan tepuk tangan meriah kepada sang pemain belakang yang telah melalui dua musim yang luar biasa sebagai anggota Vancouver Whitecaps dan 14 tahun sebagai pemain profesional. Para hadirin yang memenuhi stadion itu menyerukan dengan lantang, "Y.P. Lee!" Ada dari mereka yang mengangkat bendera Korea Selatan dengan wajah Lee terpampang di tengahnya. Rekan-rekan setim Lee mengelilinginya dan kemudian melemparkannya ke udara berulang-ulang.

Bagaimana kamu akan menanggapi limpahan pujian dari orang-orang di sekitarmu?

"Allah adalah yang terpenting bagiku, bukan sepakbola," ujar Lee. "Sepakbola hanyalah satu dari banyak cara bagiku untuk memuliakan dan melayani Tuhanku."

Sebelum pensiun dari lapangan hijau, Lee merupakan salah seorang pemain sepakbola asal Asia yang paling populer dan menawan sepanjang sejarah. Terlahir di Hongcheon, sepanjang karirnya Lee telah mengenakan kostum tim nasional sebanyak 127 kali—ketiga terbanyak di Korea Selatan—dan bertanding dalam 3 kejuaraan Piala Dunia (2002, 2006, 2010), dan membantu tim yang dijuluki Taeguk Warriors itu mencapai semifinal Piala Dunia tahun 2002.

Setelah memulai karir profesionalnya di Liga Sepakbola Profesional Korea Selatan, Lee terjun dalam kompetisi tingkat tinggi di Eropa ketika ia dikontrak oleh PSV Eindhoven dari Liga Eredivisie Belanda. Setelah tiga tahun bermain di Belanda ia melanjutkan karirnya bersama Tottenham Hotspurs di Liga Primer Inggris, Borussia Dortmund di Bundesliga Jerman dan Al-Hilal di Liga Profesional Arab Saudi.

Di penghujung karirnya, untuk dua tahun ia bermain bagi Vancouver Whitecaps dari Liga Sepakbola Utama Amerika (MLS). Meski ia dikabarkan menerima tawaran yang lebih tinggi di tempat lain, langkah ini dilakukannya karena ia berpikir bahwa Vancouver akan memberinya kesempatan yang lebih baik untuk belajar tentang sisi bisnis dari dunia sepakbola.

Yang paling membuat takjub Lee bukanlah karirnya yang luar biasa di atas lapangan hijau, melainkan keselamatan jiwa yang telah diterimanya. Dengan latar belakang keyakinan yang berbeda, ia kini telah mempercayakan imannya kepada Kristus setelah beberapa sahabatnya menyaksikan iman mereka dan menantangnya untuk membaca Alkitab.

"Ketika aku dengan tulus mencari kebenaran dengan membaca dan berbicara dengan sahabat-sahabat dekatku, aku sungguh terkagum," kata Lee. "Allah menunjukkan padaku bahwa Dia memang ada, dan hidupku pun berubah selamanya."

Sumber: Sports Spectrum

 

:) Untuk direnungkan

1. Lee dengan tulus mencari kebenaran sebelum akhirnya memercayakan imannya kepada Kristus. Pernahkah kamu sungguh-sungguh mempertimbangkan semua pilihan yang ada selain Kristus? Apa yang membuatmu akhirnya memercayakan imanmu kepada Kristus?

2. Apa yang berubah dalam hidupmu sebelum dan sesudah kamu percaya kepada Kristus?

0 komentar:

Posting Komentar