Santapan Rohani Hari Ini: Hari Kebergantungan |
Posted: 03 Jul 2014 10:00 AM PDT Jumat, 4 Juli 2014 Baca: Yohanes 15:1-1315:1 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. —Yohanes 15:5 Di Amerika Serikat, tanggal 4 Juli merupakan hari libur nasional, dimana banyak keluarga memanggang makanan di luar rumah mereka; orang-orang mengunjungi pantai; dan berbagai kota mengadakan pawai, pesta kembang api, piknik, dan perayaan yang meriah. Semua itu diadakan untuk memperingati peristiwa ketika 13 koloni di Amerika menyatakan kemerdekaan pada 4 Juli 1776. Kemerdekaan didambakan oleh orang dari segala usia. Merdeka berarti “terbebas dari kendali, pengaruh, dukungan dan bantuan orang lain”. Maka tidak heran para remaja suka berbicara tentang meraih kebebasan mereka. Banyak orang dewasa yang ingin kaya-raya dan “merdeka secara finansial”. Kaum lanjut usia juga ingin mempertahankan kemandirian mereka. Entah apakah ada orang yang benar-benar merdeka, itu persoalan lain—tetapi merdeka rasanya memang menyenangkan. Memang wajar mendambakan kemerdekaan politik atau kebebasan diri; tetapi berusaha mengejar kemerdekaan rohani adalah upaya yang berbahaya. Yang perlu kita lakukan sebenarnya adalah mengakui dan menerima kebergantungan rohani kita yang mendalam. Yesus berkata, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5). Kita sama sekali tidak dapat mengandalkan diri sendiri, melainkan sepenuhnya dan selamanya bergantung kepada Pribadi yang telah mati demi membebaskan kita. Setiap hari adalah hari kebergantungan kita kepada-Nya. —WEC Ya Tuhan tiap jam ‘ku memerlukan-Mu; Kekuatan kita yang terbesar berasal dari kebergantungan kita kepada Allah yang kuat. |
Posted: 03 Jul 2014 09:55 AM PDT Jumat, 4 Juli 2014 Baca: Lukas 12:4-912:4 Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. 12:5 Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! 12:6 Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, 12:7 bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. 12:8 Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. 12:9 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah.
Ribuan orang memadati stadion di Rio de Janeiro untuk menyaksikan pertandingan final Piala Dunia 1950 antara Uruguay melawan Brasil, tuan rumah yang diunggulkan. Untuk pertama kalinya kejuaraan itu memakai sistem setengah kompetisi. Dalam pertandingan itu Brasil hanya perlu hasil seri untuk menjadi juara dunia. Di sisi lain, Uruguay hanya berhasil mencatat satu kemenangan dan satu seri, sehingga mereka harus mengalahkan sang tuan rumah. Namun tanpa diduga, Uruguay berhasil menyamakan kedudukan lalu mengalahkan Brasil. Meski telah memulai dengan baik, tim unggulan itu pun gagal pada pertandingan akhir. Pernahkah Anda memikirkan "babak final" dari kehidupan—suatu peristwa yang tidak akan dapat kita elakkan? Cepat atau lambat kita akan berhadapan dengan kematian, memaksa kita untuk memikirkan di mana kita akan menghabiskan kekekalan—di surga atau di neraka. Saat kita berdiri di hadapan Sang Pencipta, pencapaian kita di masa lalu tdak akan berarti. Kita tidak dapat memakainya untuk menuntut surga, sama seperti Brasil tidak dapat mengandalkan kesuksesan mereka di masa lalu untuk meraih juara. Pada babak final itu, Brasil harus berjuang merebut kemenangan. Demikian juga kita. Namun bagaimana kita dapat mencapai standar Allah yang benar dan sempurna? Kita tidak dapat. "Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (1Kor.15:57). Syukurlah, kita mencapainya bukan melalui upaya kita. Kematian Yesus di kayu salib membuka jalan bagi mereka yang percaya kepada-Nya untuk dapat masuk surga. Jangan gagal dalam babak final hidup ini. Percayalah kepada Yesus hari ini. Memenangi pertandingan akhir adalah yang terpenting.
Trivia Piala Dunia42. Siapakah pencetak gol terbanyak dalam Piala Dunia 1970? 43. Siapakah penjaga gawang yang dijuluki “si laba-laba hitam” dalam Piala Dunia 1966? 44. Tim manakah yang kalah karena gol Maradona yang disebut “Gol Tangan Tuhan”? 45. Hingga Piala Dunia 2010, manakah dari antara negara berikut yang belum pernah ikut dalam kejuaraan? Kuba, Jamaika, China, atau Finlandia? |
Tak Ada yang Bisa Hidup Tanpa Allah! Posted: 02 Jul 2014 07:15 PM PDT Seri Kesaksian Atlet Sepakbola telah menjadi bagian dari hidup Isaac Diaz, sejak ia masih bayi dengan sebuah bola sepak di atas ranjangnya hingga pengalamannya bermain sebagai pemain profesional di tengah stadion yang gegap gempita. Ia mencapai banyak kesuksesan meskipun ia berasal dari suatu kota kecil. "Ketika aku lahir, di ranjang bayiku ada sebuah bola sepak… dan aku bermain sepakbola terus sejak saat itu," kata Diaz. "Kota kelahiranku, Fresia, adalah kota kecil, tetapi ada sebuah akademi sepakbola bagi kaum muda di sana. Selain bermain di tingkat lokal, ayahku membawaku ke berbagai pelosok negeri untuk membuatku menikmati pengalaman dari beragam turnamen dan kompetisi lainnya. Aku sangat beruntung bisa naik ke tingkat profesional dan bermain di tengah stadion-stadion yang penuh dengan penonton. Sungguh luar biasa rasanya." Diaz bermain bagi klub divisi satu Universidad de Chile dan dua kali berhasil membawa timnya masuk dalam Copa Libertadores. Namun suatu pengalaman tragedi menimpanya, dan dengan kematian saudara laki-lakinya, iman yang sangat berarti dan dihayati oleh orangtuanya tidak lagi menjadi bagian penting dari hidup Diaz. Setelah beberapa waktu lamanya ia merenungi pengalaman itu, dan setelah Allah menyatakan diri-Nya kepada Diaz, ia pun kembali meyakini imannya dan menyerahkan hidupnya bagi Kristus. "Keluargaku selalu beribadah di gereja, tetapi jujur saja, aku ikut dengan mereka karena aku diharuskan oleh orangtuaku," kata Diaz. "Aku masih ingat betul ketika kami duduk di bangku gereja. Dengan kematian kakakku, akhirnya aku menyadari siapa Allah bagiku—dan apa artinya Dia di dalam hidupku. Aku percaya 100 persen tidak ada orang yang dapat hidup tanpa Allah!" Sekalipun iman Diaz menolongnya untuk bertahan dari hari ke hari, ia memahami bahwa ia tidaklah kebal terhadap kesulitan hidup. Imannya tidak mencegah kejadian buruk terjadi dalam hidupnya, tetapi iman itu sanggup menolongnya mengatasi masa-masa sulit yang akan terjadi sewaktu-waktu. "Aku telah menyadari bahwa Allah sering melakukan hal-hal yang mustahil. Aku hanya perlu percaya kepada-Nya dan pada firman-Nya,” kata Diaz. Diaz kemudian membagikan salah satu pelajaran berharga yang ia dapatkan dari firman Tuhan: "Raja Salomo adalah orang yang sangat bijaksana. Ketika ia menjadi raja di usia muda, Tuhan menampakkan diri kepada-Nya dan berkata, 'Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu' (1 Raja-Raja 3:5). Dari semua hal yang dapat dikehendaki oleh Salomo, ia meminta 'hati yang faham menimbang perkara'. Ia tahu bahwa mengandalkan Allah untuk menuntun langkahnya adalah kunci dari hidup yang berhasil. Dari Amsal 3:5-6, Salomo menuliskan pengalaman pribadinya, 'Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.' Kiranya engkau juga akan percaya kepada Allah dan mengenal Dia dengan sepenuh hatimu."
Untuk direnungkan1. Mana yang selama ini lebih membuatmu makin bergantung pada Allah: hidup yang lancar atau pengalaman hidup yang sulit? 2. Menurutmu, mungkinkah ada orang yang bisa hidup tanpa Allah? Mengapa? |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar