Santapan Rohani Hari Ini: Tidak Berbuat Jahat |
Posted: 26 Jun 2014 10:00 AM PDT Jumat, 27 Juni 2014 Baca: Roma 13:8-1013:8 Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia; karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat. —Roma 13:10 Banyak orang memandang Hipokrates, sang tabib pada zaman Yunani kuno, sebagai bapak ilmu kedokteran Barat. Hipokrates memahami pentingnya mengikuti prinsip-prinsip moral dalam menerapkan pengobatan. Ia juga dikenang sebagai penulis Sumpah Hipokrates, yang sampai sekarang masih digunakan sebagai panduan etika untuk para dokter di zaman modern ini. Salah satu konsep penting dari sumpah tersebut adalah “untuk tidak berbuat jahat”. Hal itu mengandung arti bahwa seorang dokter hanya akan melakukan apa yang menurutnya baik dan bermanfaat untuk pasien-pasiennya. Prinsip untuk tidak berbuat jahat itu juga mencakup hubungan kita dengan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Kebaikan bahkan menjadi pusat dari ajaran Perjanjian Baru tentang hal mengasihi sesama. Dalam pandangannya tentang hukum Allah, Rasul Paulus melihat bahwa kasihlah yang menjadi alasan di balik banyak perintah Alkitab: “Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia; karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat” (Rm. 13:10). Ketika kita mengikut Yesus Kristus Juruselamat kita dari hari ke hari, kita pun dihadapkan pada beragam pilihan yang akan mempengaruhi kehidupan orang lain. Saat mempertimbangkan tindakan yang akan kita ambil, kita harus bertanya kepada diri sendiri, “Apakah tindakan ini mencerminkan kepedulian Kristus kepada sesama, ataukah aku hanya mementingkan diriku sendiri?” Kepekaan seperti itu akan menjadi wujud dari kasih Kristus yang rindu untuk memulihkan orang-orang yang sedang terpuruk dan membantu mereka yang sedang membutuhkan pertolongan. —HDF Tuhan, aku mengakui sangatlah mudah bagiku untuk tersita oleh Mempedulikan beban hidup orang lain membantu kita untuk melupakan beban hidup kita sendiri. |
Posted: 26 Jun 2014 09:55 AM PDT Jumat, 27 Juni 2014 Baca: Mazmur 73:17-2673:17 sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. 73:18 Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kau jatuhkan mereka sehingga hancur. 73:19 Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! 73:20 Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina. 73:21 Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, 73:22 aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. 73:23 Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku. 73:24 Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. 73:25 Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. 73:26 Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Meskipun dari luar mereka tampak kuat, kita dapat melihat kekecewaan di mata mereka dan mendengarnya lewat suara mereka. Mereka telah berjuang keras untuk dapat bermain dalam Piala Dunia. Selain berlatih keras, ada yang memboyong keluarga dari tempat mereka semula dan merelakan gaji mereka dipangkas agar bisa bermain dalam klub yang mereka yakini dapat meningkatkan peluang mereka untuk terpilih dalam tim. Namun ketika mereka telah terpilih, yang tak terduga terjadi—suatu cedera serius yang memaksa mereka mundur! Alangkah terpukulnya mereka, apalagi jika kejuaraan itu merupakan kesempatan terakhir bagi mereka. Kita semua merasa kecewa ketika kenyataan tak berjalan sesuai dengan harapan kita. Namun besarnya dampak yang kita rasakan tergantung pada apa yang telah terjadi. Kemunduran sementara bisa jadi menyebabkan kesedihan yang hanya berlangsung sesaat. Namun suatu kehilangan yang bersifat permanen dapat menghancurkan dan membayangi kita hingga bertahun-tahun. Dalam Mazmur 73, kita melihat seseorang yang bergumul dengan kekecewaan. Situasi dan orang-orang dalam hidup Asaf membuatnya hampir tergelincir (ay.2). Ia bertanya-tanya mengapa ia harus hidup dengan benar (ay.13). Namun ketika ia mencari Allah untuk mendapatkan jawaban dan dengan sungguh-sungguh mengkaji ulang fokus hidupnya, ia mendapatkan kembali pemahaman yang benar, dan berkata, "Siapa gerangan ada padaku di sorga selain [Allah]? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi" (ay.25). Apakah Anda digelayut perasaan kecewa? Perkenankan Allah, dan bukan harapan Anda, menjadi fokus hidup Anda. Kekecewaan dapat memukul Anda dengan telak.
Trivia Piala Dunia29. Apakah judul lagu resmi dari Piala Dunia 2010? 30. Siapakah wasit tertua yang pernah bertugas dalam pertandingan final Piala Dunia? 31. Siapakah pemain yang paling cepat dikartumerahkan dalam suatu pertandingan Piala Dunia FIFA? Tahukah Kamu?Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan tercatat sebagai kejuaraan dengan cuaca terdingin, di mana pertandingan antara Brasil dan Korea Utara berlangsung di bawah suhu minus satu derajat Celcius. |
Menang Bersama Allah Setiap Hari! Posted: 25 Jun 2014 07:00 PM PDT Seri Kesaksian Atlet Sepanjang 18 tahun bermain sebagai pemain profesional, José Luis Vidigal menghabiskan sebagian besar karirnya di Italia dan Portugal. Di sepanjang masa itu ia mewakili negaranya dalam 28 pertandingan, termasuk 7 dalam tim U-21, 6 dalam Olimpiade dimana Portugal meraih posisi keempat, dan 15 dalam tim nasional. Empat dari pertandingannya di tim nasional dijalani dalam kejuaraan Piala Eropa UEFA, termasuk kekalahan dari Perancis di semifinal. Namun yang paling memberi kenangan manis dan keseruan tersendiri adalah kemenangan 3-2 atas Inggris. Setelah ketinggalan 2-0, Portugal berhasil mencetak tiga gol berturut-turut, lalu menjuarai Grup mereka dengan rekor 3 kali kemenangan. Di babak-babak selanjutnya, Portugal memenangi pertandingan pertamanya, 2-0 melawan Turki, sebelum akhirnya tunduk pada Perancis di semifinal dengan skor 2-1. "Aku takkan lupa pertandingan itu (melawan Inggris) karena kami berada dalam situasi yang kurang beruntung," cerita Vidigal. "Namun aku ingat bagaimana Allah meyakinkanku bahwa kami akan menjalani kejuaraan itu dengan baik. Meski kami kalah 2-1 (dari Perancis di semifinal), aku masih percaya bahwa ada kebaikan yang muncul dari kekalahan itu. Aku yakin, Yesus Kristus-lah yang mengubah kekalahan di atas lapangan hijau menjadi hasil yang luar biasa—Yesus telah mengubah hidupku. Awalnya aku berpikir aku bisa melakukan semuanya seorang diri, dalam relasiku dengan keluargaku, dan dalam kehidupan profesional dan pergaulanku. Aku pernah percaya hanya pada kemampuanku sendiri, tetapi semua itu sia-sia." Sebagai anak kedua dari 12 bersaudara, termasuk empat saudara yang juga bermain sepakbola, Vidigal memahami apa artinya berjuang untuk mendapatkan perhatian. Betapa melegakan ketika ia menemukan bahwa Allah begitu mengasihinya, memperhatikannya, dan menerimanya, bukan karena kebaikannya, tetapi karena apa yang sudah dilakukan Kristus. "Ketika aku menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatku, semuanya menjadi lebih indah. Aku belajar untuk mengampuni dan menolong sesama. Hidupku berubah," tutur Vidigal. Ia masih bermain dalam sembilan musim setelah Piala Eropa itu, tetapi sepakbola tidak lagi menjadi nomor satu dalam hidupnya. "Aku percaya pada Yesus karena aku tahu bahwa hidupku tidak berakhir di dunia ini," kata Vidigal. "Aku punya tempat yang khusus di sisi Yesus, dan Dia menerimaku. Aku ingin semakin banyak orang yang mempunyai iman dan menyadari bahwa mereka harus menerima Dia, karena jika tidak, mereka akan menghadapi masa-masa yang sulit ketika hidup mereka di dunia berakhir." "Motivasiku dalam segalanya datang dari Tuhan, karena aku hidup dan bekerja bagi Dia. Aku mau menjadi teladan dari Allah di atas bumi. Jika aku tidak melakukannya, dan jika aku tidak didorong oleh Allah, pasti sulit untuk memberitakan tentang Dia kepada orang lain." "Ayat Alkitab favoritku adalah: 'Dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.' (Roma 8:37) dan 'Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal' (Yohanes 3:16).” "Ayat pertama itu berkaitan erat dengan profesiku. Aku percaya bahwa aku dapat menikmati kemenangan dalam hidupku sehari-hari. Maksudku bukanlah menang dalam sepakbola atau olahraga lainnya, tetapi di dalam hidup. Ayat Yohanes 3:16 adalah dasar bagi imanku."
Untuk direnungkan1. Menurutmu mengapa orang harus percaya kepada Yesus? 2. Jika tidak selalu kita bisa menjadi nomor satu, menurutmu apa artinya menang bersama Allah di dalam hidup ini? |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar