Santapan Rohani Hari Ini: Pertanyaan Penting

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Pertanyaan Penting


Pertanyaan Penting

Posted: 13 Jun 2014 10:00 AM PDT

Sabtu, 14 Juni 2014

Header-TaktikJitu

Baca: Matius 16:13-17

16:13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”

16:14 Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”

16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

16:16 Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”

16:17 Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

 

Claude Makélelé, salah satu gelandang bertahan terbaik dunia, pernah hampir tidak dikenal sama sekali. Dengan tinggi 170 cm dan berat 70 kg, ia bukanlah pemain yang paling tinggi atau paling besar di atas lapangan. Namun ia bagaikan mesin yang menggerakkan laju timnya. Perannya adalah mematahkan serangan lawan, memberikan operan bola ke depan dengan cepat, dan menahan lawan di belakang. Ia sangat berhasil dalam kapasitasnya ini sehingga orang mulai bertanya-tanya: "Siapakah pemain itu?"

Ada beragam pendapat yang diberikan orang tentang Yesus. Banyak yang merasa tidak senang terhadap Yesus telah menganggap-Nya sesat. Karena Yesus menganggap diri-Nya Anak Allah, mereka pun mencemooh-Nya dengan sebutan, “Orang yang berjalan di atas air.” Ada sebagian orang yang menganggap ajaran-Nya menarik, tetapi mereka menolak penegasan-Nya bahwa Dialah Juruselamat dunia. Dan sebagian besar orang merasa bahwa pesan Yesus tidak relevan dengan hidup sehingga mereka mengabaikan-Nya. Namun demikian, ada orang-orang yang tidak sependapat dan mereka menunjukkan bukti dari hidup mereka yang telah diubahkan oleh Yesus. Ada di antara mereka yang telah kehilangan segalanya dan kini bersyukur karena mereka telah diselamatkan dari keterpurukan. Mereka semua menyaksikan begitu nyata dan pentingnya Yesus dalam hidup mereka. Akan tetapi, pada akhirnya, yang penting bukanlah soal orang lain menerima atau menolak Yesus. Bagi Anda sendiri, siapakah Yesus itu?

Kebenaran akan terungkap lewat pertanyaan yang tepat.

Sekokoh Batu Karang

Posted: 13 Jun 2014 10:00 AM PDT

Sabtu, 14 Juni 2014

Sekokoh Batu Karang

Baca: Mazmur 34:16-23

34:16 Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong;

34:17 wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi.

34:18 Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.

34:19 TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.

34:20 Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;

34:21 Ia melindungi segala tulangnya, tidak satupun yang patah.

34:22 Kemalangan akan mematikan orang fasik, dan siapa yang membenci orang benar akan menanggung hukuman.

34:23 TUHAN membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya, dan semua orang yang berlindung pada-Nya tidak akan menanggung hukuman.

Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong. —Mazmur 34:16

Sekokoh Batu Karang

Pada bulan Mei 2003, terjadi sebuah peristiwa yang tragis ketika “Si Pria Tua di Gunung” terbelah, runtuh dan terguling ke lereng gunung. Pahatan alam berbentuk wajah pria tua setinggi 12 meter itu terukir di pegunungan White Mountains di New Hampshire, Amerika Serikat. Wajah itu telah lama menjadi daya tarik bagi para wisatawan, kebanggaan bagi penduduk lokal, dan lambang resmi negara bagian tersebut. Nathaniel Hawthrone menulis tentang ukiran alam ini dalam cerita pendeknya yang berjudul The Great Stone Face (Wajah Batu yang Agung).

Sejumlah penduduk yang tinggal di sekitar daerah tersebut merasa sangat terpukul ketika Si Pria Tua itu runtuh. Seorang wanita berkata, “Saya tumbuh besar dengan perasaan bahwa seseorang selalu menjaga saya. Saya merasa kurang mendapat perhatian lagi sekarang ini.”

Adakalanya yang selama ini kita andalkan tidak lagi berada bersama kita. Sesuatu atau seseorang yang kita andalkan telah pergi, dan hidup kita pun terguncang. Mungkin kehilangan itu berupa seseorang yang kita cintai, atau sebuah pekerjaan, atau kesehatan yang baik. Rasa kehilangan itu membuat kita merasa goyah dan tidak stabil. Kita mungkin sampai berpikir bahwa Allah tidak lagi menjaga dan memperhatikan kita.

Namun “mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong” (Mzm. 34:16). Dia “dekat kepada orang-orang yang patah hati” (ay.19). Dialah Gunung Batu yang selalu dekat dan dapat kita andalkan (Ul. 32:4).

Kehadiran Tuhan memang nyata. Dia terus-menerus menjaga kita. Dia sekokoh batu karang. —AMC

Batu Karangku berdiri teguh,
Dia akan selalu hadir;
Menjaga semua milik-Nya
Menenangkan hati yang cemas. —Keith

Pertanyaannya bukanlah di manakah Allah, melainkan, adakah tempat di mana Dia tidak hadir?

Matahari yang Direnggut

Posted: 13 Jun 2014 12:00 AM PDT

Oleh: Erlinel Manuel

mentari-yg-direnggut

Tanggal 14 Januari 2007 jatuh di hari Minggu kedua bulan Januari. Hari yang dirayakan dengan penuh sukacita oleh sebuah keluarga kecil yang tinggal di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Wedding Anniversary ke-18 dari pasangan suami istri yang berbahagia dengan dua anak gadis mereka yang beranjak remaja. Mereka begitu yakin bahwa masih ada banyak lagi tahun-tahun penuh berkat Tuhan yang menanti di depan mereka.

Semua impian mereka kandas seketika keesokan harinya. Tuhan mengambil sang Ayah, tulang punggung keluarga. Pria yang gagah itu pergi berenang sekitar jam enam sore di laut yang cukup dekat dengan rumahnya, namun tiba-tiba mendapat serangan asma sehingga nyaris tenggelam. Meskipun sempat diselamatkan oleh penduduk sekitar, beliau akhirnya menghembuskan napas terakhir setelah sempat koma beberapa jam, di ruang ICU sebuah rumah sakit. Jam satu dini hari beliau sudah tidak bernyawa lagi. Betapa cepatnya suka berganti duka, tawa berganti tangis, impian berganti keputusasaan.

"Kenapa Tuhan?" berulang kali aku berteriak kepada Tuhan. Kenapa Tuhan tega memanggil Papa tepat di hari ulang tahun pernikahannya, di saat kami sedang begitu berbahagia? Aku kehilangan matahari yang selalu menyinari keluarga kami dengan senyuman, ketegasan, dan kebijaksanaannya. Berat sekali rasanya. Apalagi bagiku, si anak bungsu yang paling dekat dengan beliau. Setiap malam aku menangis tanpa suara━takut terdengar Mama dan membuatnya makin bersedih━merindukan merdunya nyanyian Papa ketika beliau mempersiapkan diri untuk ibadah kolom (ibadah jemaat di sektor wilayah kami). Hatiku teriris-iris tiap kali melihat Mama duduk termenung dalam kamar sambil mendekap baju milik almarhum Papa.

Tanpa diduga, kejadian ini menjadi sarana Tuhan untuk menyentuh hidupku secara pribadi. Aku jadi menyadari bahwa selama ini aku hanya Kristen secara keturunan, karena orang tuaku juga beragama Kristen. Aku tidak sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Kehilangan Papa membuatku tidak lagi dapat berdiam di balik status itu. Aku marah pada Tuhan yang telah mengambil Papa terlalu cepat dari sisiku. Aku tidak lagi memercayai-Nya. Aku menuduh-Nya sebagai Tuhan yang jahat dan tidak adil. Begitu besarnya kepahitan yang kurasakan sehingga aku tak hanya marah, tetapi juga membenci Tuhan.

Dengan sabar Tuhan menuntunku. Dia membawaku bersekolah di SMA Depok dan mengalami kasih saudara-saudara seiman di salah satu gereja karismatik. Di sanalah aku bertemu Tuhan Yesus secara pribadi. Dia menyentuh hatiku yang penuh kepahitan, kesedihan, kegelisahan, dan kemarahan. Perlahan aku mulai bisa melihat dengan jelas rencana Tuhan: pertobatanku. Tepat tanggal 8 Juli 2007 aku mengambil keputusan untuk menerima Yesus secara pribadi sebagai Tuhan dan Juruselamatku. Hari itu adalah hari bangkitnya aku dari segala keterpurukan yang kualami selama berbulan-bulan.

Saudaraku, mungkin kamu juga pernah atau sedang merasa bahwa "matahari" hidupmu sedang direnggut, dan harapan masa depanmu meredup. Dalam masa-masa itu, tanamkanlah dalam hati bahwa Tuhan memegang kendali atas hidupmu. Apapun bentuk kehilanganmu, seberat apapun kesedihanmu, yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkanmu. Rancangan-Nya selalu indah pada waktu-Nya.

Bukalah Alkitab dan lihatlah bagaimana orang sesaleh Ayub pun pernah diizinkan Tuhan mengalami kehilangan yang besar. Namun, di ujung pergumulannya, Ayub bersaksi bahwa ia kini mengenal Tuhan secara pribadi, tak hanya dari kata orang saja (Ayub 42:5). Titik-titik terberat dalam hidupmu bisa jadi adalah momen yang Tuhan izinkan terjadi agar kamu sungguh-sungguh mengenal-Nya secara pribadi, bukan hanya karena tradisi keluarga atau cerita orang lain. Dialah Sang Juruselamat. Sang Penghibur sejati. Mintalah Dia menerangi pikiranmu untuk dapat melihat dengan jelas rancangan-Nya yang indah dalam kehidupanmu.

Apakah Kamu Peduli dengan Tuhan?

Posted: 12 Jun 2014 09:00 PM PDT

Oleh: Sandra Cory Clarisa Tarigan

tidak-peduli

Bener gak sih orang yang rajin pergi ke gereja, semangat merayakan Natal, nangis saat nonton The Passion of the Christ, itu sungguh peduli dengan Tuhan? Ketika gue memikirkan tentang hal ini, gue menemukan bahwa ternyata tidak selalu demikian. Seringkali orang baru benar-benar mencari Tuhan ketika dirundung masalah. Ketika masalah itu beres, kehidupan pun berjalan seperti biasa dan Tuhan kembali dilupakan.

Setidaknya ada beberapa alasan yang gue pikir bisa membuat orang gak peduli dengan Tuhan:

1. Tidak tahu betapa berharganya hidup bersama Tuhan
"Gak deh, San, gue masih muda dan mau seneng-seneng dulu," kata seorang teman ketika gue ajak ikut sebuah retret rohani. Jawabannya menunjukkan bahwa hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan itu kurang bernilai dan bukanlah sesuatu yang menyenangkan baginya. Mungkin ia tidak pernah tahu kalau hidup dalam Tuhan justru berkebalikan dari yang ia kira. Kita perlu berhati-hati saat punya pikiran semacam ini. Iblis akan berusaha menyakinkan kita bahwa ada banyak hal lain yang lebih berharga dan menyenangkan untuk dilakukan dalam hidup ini, daripada tinggal dekat dengan Tuhan. Padahal, bisa dekat dengan Pribadi yang begitu kreatif dalam menciptakan jutaan spesies makhluk hidup di alam ini jelas adalah sesuatu yang luar biasa. Bukan hanya menjadikan hidup kita di dunia ini penuh warna dan bermakna, Tuhan juga senantiasa menjamin hidup kita, karena sebagai Bapa yang mengasihi anak-anak-Nya, Dia menginginkan yang terbaik bagi hidup kita.

2. Terlalu sibuk dengan diri sendiri
"Duh, gue udah sibuk, gak ada waktu buat yang begituan," begitu kira-kira komentar lain yang pernah gue dengar ketika orang diajak berbicara tentang Tuhan. Kalau kita mulai merasakan hal yang sama, kita juga perlu berhati-hati. Iblis juga akan berusaha membuat kita merasa selalu ada hal yang lebih penting dilakukan daripada melewatkan waktu bersama Tuhan. Kita sama-sama punya 24 jam setiap hari dan apa yang kita pilih untuk kerjakan menunjukkan apa yang menjadi prioritas hidup kita.

3. Dikelilingi dengan orang-orang yang tidak peduli dengan Tuhan
Ada yang bilang kalau karakter kita diwarnai oleh lima orang yang paling dekat dengan kita. Gue perhatikan itu benar banget. Ketika yang ada di sekeliling kita hanyalah orang-orang yang tidak peduli tentang Tuhan, sangat mungkin kita juga terpengaruh. Iblis akan berusaha meyakinkan kita bahwa hidup tanpa Tuhan itu baik-baik saja. Lihat saja sekitarmu, semua orang juga begitu dan hidup mereka baik-baik saja 'kan? Alkitab memperingatkan kita, "Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15:33). Alkitab juga memperingatkan bahwa kelak, masing-masing kita harus mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Tuhan.

4. Kecewa dengan Tuhan
Gue pernah juga melihat orang yang menjauh dari Tuhan karena merasa pernah dikecewakan Tuhan. Mungkin doanya tidak dijawab, mungkin kesusahan datang bertubi-tubi dan Tuhan seolah tidak peduli. Well, kalau dalam mindset kita Tuhan yang baik itu harus selalu mengikuti keinginan kita, dijamin kita akan banyak kecewa. Ini juga sebuah kebohongan yang ditiupkan iblis ke dalam pikiran kita. Ia berusaha membuat kita meragukan kebaikan Tuhan dan membuat standar kita sendiri tentang apa yang disebut "baik". Kita berusaha mengatur Tuhan dan tidak mau hidup diatur oleh-Nya.

5. Tidak tahu bagaimana caranya hidup dekat dengan Tuhan
Sebagian orang mungkin sudah punya kerinduan untuk mengenal dan hidup dekat dengan Tuhan, tetapi kemudian punya banyak kebingungan harus mulai dari mana. Mulailah bisikan iblis menyela, "Ngapain bikin hidup jadi susah?" Akhirnya setelah beberapa saat berusaha dan tidak melihat perubahan, mereka menyerah dan kembali tidak peduli dengan Tuhan. Well, itu seperti mengharapkan benih yang baru ditanam beberapa hari jadi pohon besar dalam seminggu. Padahal, benih itu jelas harus dipelihara dengan tekun, disirami dan diberi pupuk tiap hari.

Friends, betapa kita membutuhkan kasih karunia Tuhan untuk terus hidup dekat dengan Dia. Sekalipun status kita Kristen, namun seringkali ada banyak hal yang menghalangi kita untuk datang kepada Tuhan setiap hari. Ada banyak kebohongan yang coba diselipkan iblis ke dalam pikiran kita, karena iblis ingin kita tetap jadi budak dosa dan hidup jauh dari kasih karunia Tuhan. Akibatnya, sekalipun kita mengakui bahwa Tuhan itu ada, kita tidak benar-benar menempatkan Dia sebagai Tuhan atas kehidupan kita. Sekalipun kita rajin ke gereja, kita tidak sungguh-sungguh peduli dengan apa yang Tuhan sukai dan apa yang tidak Tuhan sukai. Kita membaca Firman-Nya, tetapi masih saja melakukan hal-hal yang dibenci-Nya. Kita asyik dengan diri sendiri dan berharap Tuhan meladeni semua keinginan kita.

Gimana dengan hidupmu? Sungguhkah kamu peduli dengan Tuhan? Perenungan ini kiranya mendorong kita bersama untuk kembali mencari Tuhan dengan segenap hati kita, karena Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (Ibrani 11:6).

Let Go and Let God

Posted: 12 Jun 2014 08:50 PM PDT

(Belajar Melepaskan dan Mengenali Karya Tuhan dalam Kehilangan)
Oleh: Ruth Lidya Panggabean

let-go-and-let-God

 

"Sometimes the strongest thing you will ever do will be to let go of someone.
It will be painful, you will suffer guilt, and you will second-guess yourself,
but for your own sanity and quality of life,
there will come a time where you hand them to God,
with your love, and trust Him to be who and what He is."
― Lee Goff

 

Orang-orang biasanya hanya mengenal dua jenis kekuatan: mendapatkan dan mempertahankan. Saya setuju bahwa keduanya memang butuh perjuangan. Tapi tahukah kamu bahwa ada hal lain yang tidak kalah sulit untuk dilakukan? Melepaskan. Akan selalu ada orang-orang tertentu yang sulit kita relakan untuk pergi dari hidup ini. Apalagi kalau kondisinya bukan karena kemauan kita sendiri. Bagaimanapun juga, tidak ada orang yang dengan sengaja ingin mengalami yang namanya “kehilangan”. Tahu-tahu saja, seseorang yang kamu kira sudah kamu jaga sebaik-sebaiknya, tak lagi berada di tempatnya.

Melepaskan mereka bukan tanda kita menyerah atau lemah. Melepaskan adalah sebuah sikap yang menyatakan bahwa kita mempercayai Tuhan—bukan diri kita—sebagai pemegang kendali penuh kehidupan. Jangan genggam terlalu erat siapapun yang datang ke dalam hidupmu, karena mereka tidak akan berada di sana seterusnya. Jangan jadikan mereka pusat segalanya.

Ada alasan tertentu mengapa Tuhan mengizinkan orang-orang itu sempat singgah dalam hidupmu. Ada alasan tertentu pula mengapa Tuhan mengizinkan kamu kehilangan mereka. Mintalah Tuhan menerangi pikiranmu untuk tahu apa itu dan belajar sesuatu. Tak mengapa kalau kamu memang tidak dapat mengerti segalanya sekarang, tapi suatu saat, semua akan menemui kejelasan. Nothing is accidental or coincidental. Everything & everyone that crosses your path is God's tool to help you grow. No experience is wasted, with the right attitude.

Dari kehilangan, saya belajar untuk lebih menghargai momen-momen yang Tuhan berikan bersama orang lain. The people you talked today you may never talk to again in a year or less. Mari mensyukuri siapapun yang Tuhan tempatkan di dekat kita saat ini. Mari memakai sebaik mungkin kesempatan berbagi hidup dengan mereka. Kita tidak pernah tahu kapan momen-momen itu akan berakhir.

Dari kehilangan, saya juga tertolong untuk semakin memahami apa artinya mempunyai dan mengalami. Ada orang-orang di luar sana yang bahkan tak pernah tahu rasanya memiliki.

Kehilangan telah membukakan mata saya terhadap hal-hal yang baru. Kadang saya berpikir, mungkin sebenarnya istilah “kehilangan” itu tidak pernah benar-benar ada. Karena bukankah ketika kamu mengosongkan tangan untuk melepaskan, berarti tangan itu siap untuk menerima pemberian yang lain lagi? Bukankah saat kamu membukakan pintu bagi mereka untuk keluar, pintu yang sama akan menjadi jalan masuk bagi orang berikutnya?

Dalam kehilangan, kita selalu dapat memegang janji Tuhan, bahwa Dia sekali-kali tidak akan membiarkan kita dan sekali-kali tidak akan meninggalkan kita (Ibrani 13:5). So, let go and let God. Biarkan mereka pergi, tapi ketahuilah, Tuhan senantiasa bersamamu di sini. Percayalah pada rancangan-Nya yang sempurna, termasuk rancangan mengenai siapapun nanti orang yang akan Dia tempatkan lagi dalam hidupmu. Cry as hard as you want to, but always make sure: when you stop crying, you’ll never cry for the same reason again :)

0 komentar:

Posting Komentar