Santapan Rohani Hari Ini: Pelajaran Dari Sakit Gigi

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Pelajaran Dari Sakit Gigi


Pelajaran Dari Sakit Gigi

Posted: 07 Jun 2014 10:00 AM PDT

Minggu, 8 Juni 2014

Pelajaran Dari Sakit Gigi

Baca: Ibrani 12:3-11

12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.

12:4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.

12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;

12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?

12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.

12:9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?

12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.

12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. —Ibrani 12:7

Pelajaran Dari Sakit Gigi

Dalam buku klasiknya yang berjudul Mere Christianity (Kekristenan Asali), C. S. Lewis menuliskan, “Ketika masih kecil, aku sering sakit gigi. Dan aku tahu jika aku memberi tahu Ibu, ia pasti memberiku sesuatu yang akan menghilangkan rasa sakitnya agar aku bisa tidur malam itu. Namun aku tak menceritakannya pada Ibu—setidaknya sampai rasa sakit itu sudah tidak tertahankan. . . . Aku tahu Ibu akan membawaku ke dokter gigi pada keesokan harinya. . . . Aku mau segera terbebas dari rasa sakit, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi sebelum gigiku diobati dengan total.”

Demikian juga, kita mungkin tidak ingin segera datang kepada Allah pada saat kita menghadapi masalah atau sedang menggumuli hal tertentu. Kita tahu bahwa Allah bisa segera membebaskan kita dari rasa sakit, tetapi Dia lebih ingin untuk mengobati akar masalahnya. Mungkin kita khawatir bahwa Dia akan menyingkapkan hal-hal yang sebenarnya tidak mau kita hadapi atau yang tidak ingin kita tangani.

Pada saat-saat seperti itulah, alangkah baiknya kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa Tuhan “memperlakukan [kita] seperti anak” (Ibr. 12:7). Ganjaran yang diberikan-Nya, sekalipun mungkin menyakitkan, adalah hal yang bijaksana, dan hajaran-Nya itu dilakukan dengan penuh kasih. Dia begitu mengasihi kita sehingga Dia tidak akan membiarkan kita tetap dalam keadaan kita; Dia rindu untuk menjadikan kita serupa dengan gambaran Anak-Nya, Yesus (Rm. 8:29). Maksud Allah yang penuh kasih sungguh layak kita percayai, lebih dari apa pun yang kita takutkan. —PFC

Terima kasih, Tuhan, karena Engkau telah menunjukkan kesalahanku
yang tersembunyi, dan memperlakukanku seperti anak kesayangan-Mu.
Tolonglah aku untuk berserah pada karya pemurnian-Mu
hingga keindahan Kristus dapat terlihat jelas dalam diriku.

Allah menghajar kita dengan tangan yang penuh kasih.

0 komentar:

Posting Komentar