Santapan Rohani Hari Ini: Hati Yang Jujur

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Hati Yang Jujur


Hati Yang Jujur

Posted: 10 Jun 2014 10:00 AM PDT

Rabu, 11 Juni 2014

Hati Yang Jujur

Baca: Mazmur 15

15:1 Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?

15:2 Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,

15:3 yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya;

15:4 yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;

15:5 yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.

Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan. —1 Tawarikh 29:17

Hati Yang Jujur

Suatu hari, saya membaca ukiran pada sebuah batu nisan tua yang terdapat di suatu pemakaman. Di batu nisan tersebut tertulis, “J. Holgate: Seorang yang jujur”.

Saya tidak tahu apa-apa tentang hidup Holgate, tetapi karena nisannya dihias dengan sangat indah, saya menduga pastilah ia seorang yang kaya-raya. Namun, apa pun pencapaiannya dalam hidup, ia dikenang hanya untuk satu hal, yakni ia adalah “seorang yang jujur”.

Diogenes, seorang filsuf asal Yunani, menghabiskan sepanjang hidupnya untuk mencari kejujuran. Ia akhirnya menyimpulkan bahwa orang jujur itu tidak ada. Orang jujur memang sulit ditemukan di zaman apa pun, tetapi kejujuran merupakan sifat yang sangat penting. Kejujuran bukanlah kebijakan terbaik; kejujuran merupakan kebijakan satu-satunya, dan salah satu tanda dari seorang pria atau wanita yang hidup dalam hadirat Allah. Daud menulis, “TUHAN, . . . Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela” (Mzm. 15:1-2).

Saya bertanya pada diri sendiri: Apakah saya dapat dipercaya dan punya sikap terhormat dalam semua perbuatan saya? Apakah perkataan saya menyatakan kebenaran? Apakah saya berbicara benar dalam kasih ataukah saya kadang memalsukan dan mengaburkan kenyataan yang ada, atau membesar-besarkan sesuatu di luar proporsinya? Jika saya telah menyimpang, saya perlu berpaling kepada Allah dengan keteguhan hati dan memohon pengampunan serta diberikan hati yang baik dan jujur—agar kejujuran menjadi bagian yang tak terpisahkan dari jati diri saya. Dia yang telah memulai karya yang baik di dalam diri saya adalah Allah yang setia. Dia pasti akan menjawab doa kita. —DHR

Tuhan, tolonglah aku untuk menjadi jujur
Dalam seluruh perbuatan dan perkataanku,
Dan berikanlah saya karunia dan kuasa
Untuk hidup bagi-Mu setiap hari. —Fitzhugh

Jalanilah hidup agar saat orang memikirkan kejujuran dan integritas, mereka dapat melihatnya dalam hidupmu.

0 komentar:

Posting Komentar