Santapan Rohani Hari Ini: Bangkit Kembali |
Posted: 29 Jun 2014 10:00 AM PDT Senin, 30 Juni 2014 Baca: 1 Yohanes 11:1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup–itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. —1 Yohanes 1:9 Chad Pennington adalah seorang mantan pemain American football yang telah mengalami beragam cedera yang mengancam kelangsungan kariernya. Dua kali mengalami cedera, Pennington harus menjalani operasi, terapi fisik selama berbulan-bulan, dan latihan berminggu-minggu agar ia dapat kembali ke arena pertandingan. Namun dalam dua kali kesempatan itu, ia tidak saja kembali bermain, tetapi juga mencapai prestasi yang luar biasa hingga ia dianugerahi gelar “Pemain Terbaik yang Bangkit Kembali” dalam Liga Football Nasional (NFL). Bagi Pennington, usahanya tersebut memperlihatkan kegigihannya untuk kembali bertarung di lapangan football. Dalam hal kerohanian, saat dosa dan kegagalan memutuskan hubungan kita dengan Allah dan membuat kita berhenti melayani, kegigihan semata tidak akan dapat memulihkan hubungan kita yang benar dengan Allah dan kegunaan kita dalam kerajaan-Nya. Saat kita tersingkir karena dosa, maka pengakuan dosa menjadi jalan kita untuk kembali. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1Yoh. 1:9). Agar dapat pulih dari kegagalan rohani kita, kita sepenuhnya bergantung kepada Dia yang telah mengorbankan diri-Nya untuk kita. Di situlah terletak pengharapan kita. Kristus, yang telah mati bagi kita, mengasihi kita dengan kasih yang abadi, dan Dia akan menerima kita kembali apabila kita mengakui kesalahan kita kepada-Nya. Melalui pengakuan dosa, kita akan menerima pemulihan-Nya yang indah— pemulihan yang terhebat dari segalanya. —WEC Meski tak layak diriku, Pengakuan dosa adalah jalan menuju pemulihan. |
Posted: 29 Jun 2014 09:55 AM PDT Senin, 30 Juni 2014 Baca: Efesus 4:20-324:20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. 4:21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 4:22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 4:23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 4:24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. 4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. 4:26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu 4:27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. 4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. 4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. 4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. 4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. 4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Selama bertahun-tahun, penyelenggaraan kejuaraan Piala Dunia telah diwarnai cukup banyak tindakan kekerasan. Tawuran yang terjadi antar pemain dan ofisial dari tim yang saling berhadapan maupun perkelahian antar penggemar dan suporter, telah mengakibatkan cedera serius, kerusakan harta benda, hingga kematian. Panasnya pertandingan di atas lapangan dapat menyulut pertikaian di antara penonton hingga ke luar stadion. Kebanggaan sebagai bangsa, rasa iri hati, atau dugaan kecurangan dapat menjerumuskan penonton untuk melakukan tindak kekerasan yang membabi-buta. Bahkan ada bangsa-bangsa yang berperang karena sebuah pertandingan sepakbola. Terkadang pertandingan itu hanya menjadi alasan untuk melampiaskan rasa permusuhan, frustrasi, atau kemarahan yang telah lama dipendam. Rasul Paulus memahami bagaimana kemarahan yang tak terkendali dapat dengan cepat meningkat dan menjadi alat tipu daya yang sempurna bagi musuh kita. Ia mendorong kita untuk tidak memberikan kesempatan kepada Iblis dengan cara mengendalikan kemarahan kita. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Ef. 4:26). Kita harus segera mengendalikan kemarahan sebelum kemarahan itu mengendalikan kita. Aristoteles pernah berkata, "Setiap orang bisa marah, itu mudah; tetapi marah kepada orang yang tepat, sampai batas yang tepat, pada waktu yang tepat, untuk tujuan yang tepat, dengan cara yang tepat, tidak dapat dilakukan semua orang; itu tidak mudah." Hanya perubahan total dari Allah yang dapat menolong kita (Ef. 4:20-24). Kemarahan yang tak terselesaikan akan menambah beban dan memperberat kerja.
|
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar