Santapan Rohani Hari Ini: Seputih Salju |
Posted: 30 May 2014 10:00 AM PDT Sabtu, 31 Mei 2014 Baca: Yesaya 1:1-4,12-181:1 Penglihatan yang telah dilihat Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem dalam zaman Uzia, Yotam, Ahas dan Hizkia, raja-raja Yehuda. 1:2 Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman: “Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. 1:3 Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya.” 1:4 Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia. 1:12 Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? 1:13 Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. 1:14 Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya. 1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. 1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, 1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! 1:18 Marilah, baiklah kita berperkara! –firman TUHAN–Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju. —Yesaya 1:18 Suatu hari ketika saya menjemput anak saya dari sekolah, salju pun mulai turun. Gumpalan-gumpalan seputih kapas itu turun dengan cepat dan terus-menerus. Akhirnya, kami memperlambat laju mobil dan berhenti karena terjebak kemacetan. Dari dalam mobil, kami menyaksikan ada perubahan yang terjadi. Tanah yang cokelat gelap berubah menjadi putih. Salju itu menyamarkan ketegasan garis bentuk bangunan; melapisi mobil-mobil di sekitar kami, dan juga menumpuk pada setiap pohon yang ada. Salju yang turun itu mengingatkan kami tentang sebuah kebenaran rohani: Sebagaimana salju tadi menutupi segala sesuatu di sekitar kami, demikian juga kasih karunia Allah menutupi segala dosa kita. Namun, kasih karunia-Nya tidak hanya menutupi dosa, melainkan juga menghapus dosa. Melalui Nabi Yesaya, Allah menyerukan kepada bangsa Israel, kata-Nya, "Marilah, baiklah kita berperkara! . . . Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju" (Yes. 1:18). Ketika Allah memberikan janji itu, anak-anak-Nya sedang menghadapi masalah yang menyakitkan dengan dosa. Allah membandingkan keadaan mereka dengan keadaan tubuh yang terjangkiti "bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak." Seburuk apa pun dosa mereka, Allah bersedia mencurahkan kasih karunia-Nya kepada mereka. Sebagai anak-anak-Nya saat ini, kita pun mendapat kepastian yang sama. Dosa mungkin telah menodai hidup kita, tetapi ketika kita bertobat dan mengakuinya, kita memperoleh "pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia [Allah]" (Ef. 1:7). —JBS Tuhan, berilah kami keberanian untuk mengakui, Beratnya beban dosa kita hanya dapat diimbangi oleh darah Kristus. |
Posted: 30 May 2014 12:00 AM PDT Oleh: Melody Tjan
Post by Calvin Chong.
Ditinggalkan. Diabaikan. Kehilangan orang-orang terkasih. Semuanya bisa membuat hidup terasa begitu berat. Murid-murid Tuhan Yesus juga pernah merasa “ditinggalkan”. Biasanya berjalan bersama Sang Guru yang melakukan banyak mukjizat hebat. Tiba-tiba mereka harus menjalani hidup tanpa kehadiran-Nya di tengah-tengah mereka. Tuhan Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan. Memang kemudian Tuhan Yesus bangkit dari kematian dan menampakkan diri kepada mereka. Namun, baru sebentar bersama, mereka sepertinya kembali “ditinggalkan”. Tidakkah Tuhan peduli dengan mereka? Jauh sebelum semua itu terjadi, Tuhan Yesus telah menjamin bahwa murid-murid-Nya takkan pernah ditinggal sendirian (Yohanes 14-16). Ketika secara fisik Tuhan Yesus harus pergi, ada Roh Kudus yang datang, menyertai para murid, memberi mereka hikmat dan kekuatan yang mereka butuhkan. Catatan Kisah Para Rasul dan sejarah gereja menunjukkan bagaimana murid-murid yang sebelumnya penakut dan penuh keraguan, kemudian menjadi para rasul yang berani memberitakan Injil ke seluruh dunia meski harus bertaruh nyawa. Masa-masa sulit dalam perjalanan iman para murid diizinkan Tuhan terjadi untuk menggenapi rencana-Nya di dalam dan melalui kehidupan mereka. Lagu yang dibagikan Dr.Calvin Chong ini juga mengingatkan kita bahwa Tuhan sesungguhnya tidak pernah meninggalkan kita. Dia tidak pernah tidak hadir dalam saat-saat terberat yang kita alami. Ibarat matahari yang sesungguhnya tetap ada pada tempatnya sekalipun badai melanda, kadangkala kita memang tak dapat melihat tangan Tuhan karena pandangan kita terhalang dengan masalah. Namun, bukan hanya hadir, Tuhan juga berkuasa memakai masa-masa sukar itu untuk membuat anak-anak-Nya bertumbuh makin kuat di dalam anugerah-Nya. Berikut adaptasi lagunya agar dapat dinyanyikan dalam bahasa Indonesia. Semoga jadi berkat. Apakah hujan membuatmu berhenti bernyanyi? Kuatkan hatimu, sobat yang terkasih Tahukah kau benih tak akan tumbuh tanpa siraman hujan? Kuatkan hatimu, sobat yang terkasih Saat awan gelap datang, dan badai menerjang Tahukah kau, mentari tetap ada di balik deras hujan? Kuatkan hatimu, sobat yang terkasih kuat dalam anugerah-Nya Lihat teks lagu Hard Times dalam bahasa Inggris |
Posted: 29 May 2014 09:50 PM PDT Oleh: Sandra Cory Clarisa Tarigan Entah kenapa perasaan gue takut banget sama papa. Setiap kali ketemu, hati gue ciut. Waktu pertemuan keluarga, papa memarahi gue di depan semua orang. Malu, sebel, rasanya mau ditelan bumi aja. Aaaaaa. Gue inget ekspresi papa yang serem ketika menolak proposal gue tentang rencana setelah lulus. Kenapa papa jadi kejam dan menakutkan. Gak ada sedikitpun damai ketika papa ada di deket gue. Kok jadi gini sih. Takut. Banget. Gue terbangun. Inget tindakan papa di mimpi, hati gue menyela: "Papa gak mungkin kayak gitu, kan kamu kenal Papa." Seketika, damai membanjiri jiwa. Lega, gue move on dari ketakutan palsu dan beranjak minum susu. Iya, gue kenal Papa. Tiap hari gue berbicara dengannya. Dan papa yang gue kenal adalah papa yang sangat baik. Papa selalu sedia telinga sekaligus sedia nasehat tiap kali gue bingung sama sesuatu. Di satu sisi, dia selalu mendengar pendapat gue, se-kontras apapun dengan apa yang beliau bilang. Tapi di sisi lain, dia juga mengusahakan segalanya yang mungkin dilakukan agar gue mengambil jalan yang benar, walau tetap menyerahkan pengambilan keputusan di gue. Real gentleman. Seketika, ada suara dalam hati. Waw tepat banget menjawab kebandelan gue akhir-akhir ini. Belakangan ini gue memang selalu mempertanyakan dan meragukan intervensi Tuhan dalam hidup gue. Intervensi yang membuat gue kehilangan zona nyaman gue. Sempat beberapa kali, gue mempertanyakan, "TUHAN maunya apa sih di hidupku? Arghk" (pertanyaan yang sok-sokan, syukurlah Tuhan gak langsung ngirim api nyembur dari langit untuk negur gue) Gue sadar gue sudah berprasangka buruk ke Tuhan. Gue takut Tuhan lagi error atau salah ketika memutuskan sesuatu yang sangat berdampak pada masa depan gue. Gue takut Dia gak mikir matang waktu mutusin untuk nge-cut jalan yang sedang gue ambil. Pagi ini, momen ketika gue bangun, minum susu, dan "mendengar jawaban" di hati adalah momen yang me-merdeka-kan. Iya, gue kan kenal Tuhan, meski pengenalan itu gue sadari masih jauh dari sempurna. Jelas bahwa Bapa di surga tahu apa yang terbaik untuk anak-anak-Nya. Dia akan melakukan segala hal yang perlu untuk kebaikan gue, yaitu untuk membuat hidup gue makin serupa dengan Dia. Namun, prasangka buruk dan ketakutan bisa mengaburkan fakta yang Tuhan nyatakan dalam Firman-Nya. Bahwa Dia baik, murah hati, dan berkuasa, tiba-tiba jadi sulit diyakini sepenuh hati ketika ketakutan dan kekhawatiran mendominasi. Gue tersadar bahwa se-nyata apapun perasaan gue saat bangun dari tidur (takut, serem, dll), tetap bisa dikalahkan oleh logika dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman hidup bersama papa. Papa jahat dalam mimpi gue itu bukan kebenaran! Fakta tentang siapa papa yang gue tahu selama inilah yang benar. Begitu juga, walaupun gue punya semua alasan untuk meragukan kebaikan Tuhan, Tuhan tidak sedang bermain-main dengan hidup dan masa depan gue. Semakin gue mengenal Tuhan, semakin gue bisa bebas dari ketakutan-ketakutan yang tidak perlu. Dan pengenalan gue itu sendiri tumbuh ketika gue makin sering bersama Dia, memperhatikan firman-Nya, berbicara dengan-Nya dalam doa. Gimana dengan kamu? Seberapa banyak pengenalanmu akan Bapa di surga memengaruhi cara kamu menjalani hidup? Terima kasih Tuhan, |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar