Santapan Rohani Hari Ini: Tidak Dihitung

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Tidak Dihitung


Tidak Dihitung

Posted: 04 Apr 2014 10:00 AM PDT

Sabtu, 5 April 2014

Tidak Dihitung

Baca: Matius 20:1-16

20:1 “Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.

20:2 Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya.

20:3 Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar.

20:4 Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi.

20:5 Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi.

20:6 Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari?

20:7 Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.

20:8 Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.

20:9 Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.

20:10 Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga.

20:11 Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu,

20:12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.

20:13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?

20:14 Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.

20:15 Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?

20:16 Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”

Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir. —Matius 20:16

Tidak Dihitung

Pertunjukan drama berjudul Amadeus bercerita tentang seorang komposer pada abad ke-18 yang sedang berusaha memahami maksud Allah. Antonio Salieri yang saleh memiliki keinginan yang tulus untuk dapat menciptakan suatu musik yang megah dan luar biasa, tetapi ia tidak dianugerahi talenta untuk melakukannya. Ia sangat marah karena Allah justru mencurahkan talenta berupa kejeniusan terhebat dalam bidang musik kepada seorang laki-laki berandalan bernama Wolfgang Amadeus Mozart.

Drama tersebut mengajukan pertanyaan yang juga diajukan oleh kitab Ayub, tetapi dalam kebalikannya. Penulis kitab Ayub bertanya-tanya mengapa Allah justru menghukum orang paling saleh di seantero dunia; sementara penulis Amadeus bertanya-tanya mengapa Allah menganugerahi seseorang yang begitu tidak layak menerimanya.

Skandal karunia ini dibahas langsung oleh Yesus lewat perumpamaan-Nya tentang para pekerja dan upah mereka yang jelas-jelas tidak adil. Sejumlah orang yang telah menganggur sepanjang hari akhirnya direkrut oleh pemilik kebun anggur pada "pukul lima petang" (Mat. 20:6-7). Para pekerja yang telah seharian bekerja sangat terkejut ketika mengetahui bahwa masing-masing dari mereka ternyata menerima upah yang sama. Majikan macam apa yang membayarkan upah yang sama kepada pekerja yang hanya bekerja satu jam dengan yang bekerja 12 jam?

Cerita Yesus ini sangatlah tidak masuk akal secara ekonomi, tetapi memang itulah maksud Yesus. Dia memberi kita perumpamaan tentang anugerah yang tidak dapat diperhitungkan seperti upah bagi suatu pekerjaan. Allah memberi kita anugerah, bukan upah. —PDY

Tuhan, kadang aku lupa bahwa kasih, berkat, atau pengampunan
yang kuterima dari-Mu itu bukanlah karena jasa usahaku.
Engkau telah mencurahkan anugerah-Mu kepadaku sebagai
pemberian dan bukan sebagai upah. Terima kasih, Tuhan.

Kata "layak" tidaklah berlaku dalam hal karunia Allah.

0 komentar:

Posting Komentar