Santapan Rohani Hari Ini: Sesendok Gula

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Sesendok Gula


Sesendok Gula

Posted: 14 Apr 2014 10:00 AM PDT

Selasa, 15 April 2014

Sesendok Gula

Baca: Mazmur 19:8-15

19:8 Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.

19:9 Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.

19:10 Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya,

19:11 lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.

19:12 Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar.

19:13 Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.

19:14 Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar.

19:15 Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.

Hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, . . . dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. —Mazmur 19:10-11

Sesendok Gula

Saya merindukan Mary Poppins. Mary adalah tokoh rekaan dalam serial film kuno yang bekerja sebagai seorang pengasuh anak dan terkenal dengan ucapannya, "Sesendok gula dapat membuat obat yang pahit jadi mudah ditelan." Sebenarnya saya bukan ingin menyaksikan kembali film-film yang riang tetapi tidak realistis seperti itu, melainkan sedang merindukan adanya orang-orang yang mempunyai pandangan terhadap suatu masa depan yang optimis dan realistis. Saya merindukan orang-orang yang kreatif dan ceria, yang dapat menunjukkan sisi positif dari sesuatu yang kita anggap negatif.

Ternyata Daud menulis sebuah pujian yang mengungkapkan kebenaran serupa. Ia menulis, "hukum-hukum TUHAN itu . . . lebih manis dari pada madu" (Mzm. 19:10-11). Kita jarang mendengar bahwa kebenaran itu manis. Kita lebih sering mendengar bahwa kebenaran itu pahit atau bahkan sulit untuk ditelan. Namun kebenaran lebih dari sekadar obat yang dapat menyembuhkan, melainkan suatu asupan yang bermanfaat untuk mencegah penyakit. Kebenaran bukanlah vaksinasi atau suntikan. Kebenaran adalah makanan kelas atas yang sepatutnya dihidangkan sebagai santapan terlezat yang memikat mereka yang lapar untuk mengecap dan melihat "betapa baiknya TUHAN itu" (Mzm. 34:9).

Kita menyanyikan pujian "Yesus nama termanis yang kukenal," tetapi ada di antara kita yang menampilkan-Nya seolah-seolah Dia bukanlah yang termanis. Kebenaran yang murni dan tidak tercemar oleh kecongkakan merupakan santapan yang termanis dan tersegar bagi semua jiwa yang merindukan asupan rohani. Kita diberikan kehormatan untuk menghidangkannya bagi dunia yang sedang kelaparan. —JAL

Yesus nama termanis yang kukenal,
Dan memang Dia seindah nama-Nya,
Karena itulah aku begitu mengasihi-Nya;
Ya, Yesus nama termanis yang kukenal. —Long

Kebenaran [TUHAN] tetap untuk selama-lamanya. —Mazmur 117:2 FAYH

Berjalan Tanpa Tahu Arah

Posted: 14 Apr 2014 01:00 AM PDT

racing-road

Bacaan: 1 Petrus 3:15-16

Pada tahun 2001, saya berkendara bersama keluarga melewati wilayah selatan Prancis untuk mengunjungi beberapa kota yang belum pernah kami datangi sebelumnya. Salah satunya adalah Monako. Yang sangat berkesan bagi saya adalah pengalaman kami mengendarai mobil di atas jalanan yang setiap tahunnya dipakai juga dalam lomba balapan Formula 1.

Kami bertanya-tanya bagaimana para pembalap itu dapat mengendarai begitu cepat di tengah jalanan yang penuh dengan tikungan tajam. Saya pikir para pembalap itu pasti sudah sering mencoba rute itu sebelum lomba berlangsung agar dapat mengenali susunan jalur perlombaannya. Akan sangat sulit berkendara dengan kecepatan tinggi apabila pembalap itu tidak mengenali rute yang harus dilaluinya.

Ketika kita hendak menerangkan hubungan kita dengan Allah kepada orang lain, sering kita tidak tahu apa yang akan menjadi tanggapan mereka atau pertanyaan yang ada dalam benak mereka. Bagaikan jalanan yang tidak pernah kita lalui sebelumnya, arah pembicaraan kita dengan mereka pun tidak mungkin kita tebak. Karena kita tidak tahu apa yang akan mereka kemukakan, firman Allah memberi tahu kita untuk selalu siap memberi jawaban mengenai harapan yang kita miliki (1Ptr. 3:15).

Apakah ini artinya mulai sekarang kita harus menuliskan segala pertanyaan atau keberatan yang mungkin dikemukakan mereka? Tentu tidak, karena hal itu memang tidak mungkin. Satu-satunya cara untuk mempersiapkan diri adalah dengan mengenal firman Tuhan sebaik mungkin. Bagaimana caranya? Sederhana saja: dengan menghafal ayat-ayat Alkitab. Jika kita menghafal satu ayat sehari, setelah 40 tahun kita akan dapat mengenal seluruh isi Alkitab!

Anda mungkin bertanya, apa pentingnya kita menghafal firman Tuhan? Ada sejumlah alasan yang bisa saya ajukan. Di tengah ujian, godaan, kesulitan, dan keputusan hidup yang kita hadapi, Allah Roh Kudus dapat mengingatkan kita pada bagian-bagian firman-Nya yang tepat bagi kita, apabila kita telah mempersiapkan diri sebelumnya dengan menyimpan ayat-ayat itu dalam hati kita.

Jadi bagaimana caranya kita menghafal ayat-ayat Alkitab? Sederhana saja:
Buatlah sasaran untuk menghafal satu ayat untuk satu hari.
Terapkanlah masing-masing ayat yang Anda hafalkan pada situasi nyata yang sedang Anda hadapi.
Kelompokkanlah ayat-ayat itu berdasarkan suatu tema dan simpanlah dalam sebuah catatan.
Tuliskanlah ayat-ayat yang dipakai Allah untuk berbicara kepada Anda.

Apakah Anda merasa takut, gentar, atau panik ketika Anda harus membagikan Injil kepada seseorang? Apakah Anda merasa gemetar ketika masuk dalam situasi yang tidak Anda kenali? Pertama-tama, janganlah khawatir! Satu-satunya hal yang perlu Anda lakukan adalah bersiap diri. Apa pun jalan yang diperkenankan Allah untuk Anda lalui, Dia akan menuntun Anda lewat firman-Nya.

Cara terbaik untuk berbicara tentang Allah
adalah dengan mengizinkan-Nya berbicara melalui hidup kita.

0 komentar:

Posting Komentar