Santapan Rohani Hari Ini: Siapa Yang Berada Di Pusat?

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Siapa Yang Berada Di Pusat?


Siapa Yang Berada Di Pusat?

Posted: 24 Mar 2014 10:00 AM PDT

Selasa, 25 Maret 2014

Siapa Yang Berada Di Pusat?

Baca: Mazmur 33:6-19

33:6 Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.

33:7 Ia mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan, Ia menaruh samudera raya ke dalam wadah.

33:8 Biarlah segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!

33:9 Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.

33:10 TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa;

33:11 tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.

33:12 Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri!

33:13 TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia;

33:14 dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi.

33:15 Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka.

33:16 Seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa; seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan.

33:17 Kuda adalah harapan sia-sia untuk mencapai kemenangan, yang sekalipun besar ketangkasannya tidak dapat memberi keluputan.

33:18 Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya,

33:19 untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.

Rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. —Mazmur 33:11

Siapa Yang Berada Di Pusat?

Baru-baru ini, saya mengalami kondisi yang disebut sebagai "Momen Copernicus". Saya dibuat tersadar bahwa diri saya bukanlah pusat dari alam semesta ini. Dunia ini tidak berputar mengitari saya. Dunia juga tidak bergerak menurut kecepatan, keadaan, atau kehendak saya.

Meski kita mungkin berharap tidak demikian, tetapi kenyataannya kehidupan tidaklah semata-mata soal diri kita. Justru sebaliknya, semuanya berpusat kepada Tuhan. Dalam Mazmur 33, kita membaca bahwa seluruh alam semesta berpusat kepada Allah dan berada di bawah kendali-Nya (ay.6-9). Allah menetapkan batas-batas air laut dan menempatkan samudera raya dalam wadah. Segala sesuatu di alam semesta berjalan menurut hukum-hukum yang ditetapkan-Nya.

Bangsa-bangsa juga berpusat kepada Allah (ay.10-12). Tidak ada rencana atau rancangan yang akan berhasil menggagalkan rencana Allah. Pada akhirnya, rencana Tuhanlah yang tetap bertahan hingga selamanya. Rancangan-Nya tidak akan pernah tergoyahkan.

Akhirnya, hidup seluruh umat manusia berpusat kepada Tuhan (ay.13-19). Allah melihat umat manusia secara menyeluruh. Allah menciptakan hati kita, dan Dia memahami semua yang kita lakukan. Dia pun memiliki kuasa untuk ikut campur tangan di dalam hidup kita dan melepaskan kita dari keadaan-keadaan yang berjalan di luar kendali kita.

Hidup kita diciptakan untuk berpusat kepada Allah, bukan pada diri kita sendiri. Alangkah bersyukurnya kita karena bisa melayani Allah yang sedemikian Mahakuasa dan yang memegang kendali atas setiap aspek hidup kita. —PFC

Ajari aku, ya Tuhan, untuk menjalani kebenaran Mazmur 33 dalam
hidupku sehari-hari. Biarlah aku tunduk kepada-Mu sebagaimana
seharusnya. Kiranya aku dan segenap penghuni bumi ini takjub
akan Engkau, karena firman dan rencana-Mu tetap selamanya.

Mematikan kepentingan diri berarti hidup untuk Allah.

Cerpen: Maksudnya Tuhan

Posted: 24 Mar 2014 01:00 AM PDT

Oleh: Yoshua Adi Bhaskara

yeremia333

"Nathan, bangun Nak! Sudah siang nih, ntar telat lho ke sekolahnya." Aku melihat mama merapikan baju yang berantakan di sudut kamar.

"Apaan sih, Ma?! Hari ini gurunya Pak Tono, orangnya sering ga masuk, jadi santai ajalah."

"Ya, tapi kan udah peraturan, kalau masuk sekolah harus jam tujuh."

Dengan setengah mengantuk aku beranjak dari tempat tidurku dan menuju kamar mandi.

"Ambilin handuk dong, Ma!" teriakku.

"Lho kok gak disiapin sebelum mandi sih?" kata mamaku, masih dengan sabar.

"Udah deh, Ma! Namanya juga manusia, kadang-kadang juga lupa!" bentakku.

Aku melihat mama menghela nafas. Kadang mama selalu membuatku benci. Ia selalu mengaturku ini dan itu, padahal aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan.

Aku mengeluarkan motorku dari garasi. Tampak mama duduk di kursi teras. Sepertinya ia berharap aku berpamitan sebelum ke sekolah. Tapi aku sedang tidak enak hati, aku malas untuk berpamitan. Dengan segera aku melaju dari rumah. Leganya sampai di sekolah dan bertemu dengan teman-temanku. Ya, inilah yang aku cari, kesenangan dan kebebasan yang tidak bisa kudapatkan di rumah karena ada mama.

Mama adalah single parent karena papaku telah meninggal dalam suatu kecelakaan setahun yang lalu. Mungkin karena peran sebagai single parent itu, mama jadi sangat menyebalkan. Ia membuat peraturan-peraturan yang menurutku gak penting. Untung saja ada Nicho dan Jason, teman-teman yang selalu ada buat aku. Ketika aku merasa tertekan di rumah, mereka bersedia memberiku tumpangan di kost mereka. Aku merasa sangat senang ketika bersama-sama dengan mereka.

Krriiiiinngg. Bunyi bel sekolah. Jam sekolah berakhir. Berhenti jugalah kesenanganku di sekolah hari ini. Namun aku belum mau pulang. Aku nongkrong dulu bareng Nicho dan Jason, bersenang-senang sebelum harus kembali merasakan tekanan di rumah.

Tepat pukul delapan malam. Waktunya untuk pulang. Setelah pulang aku akan segera tidur sehingga tidak perlu mendapat omelan dari mama. Rumah tampak kosong ketika aku sampai. Untung aku punya kunci rumah cadangan. Aku melangkah masuk. Memang tidak ada siapa-siapa di rumah. Kubuka tudung saji di meja makan. Tak ada makanan satupun disana. Kekesalanku pada mama muncul lagi. Bukankah sudah merupakan kewajiban seorang mama untuk memberikan makan bagi anaknya?

Terdengar ada suara motor datang. Caleb masuk rumah dengan terburu-buru,

"Than, Mama kecelakaan! Ia sekarang di rumah sakit!" Caleb bergegas masuk kamar mama dan mengemasi baju-baju mama yang akan dibawa ke rumah sakit, sementara aku hanya bisa terdiam mendengarnya. Kaget. Terpukul. Rasanya tidak percaya.

Sesampainya di rumah sakit aku hanya bisa duduk dan termenung, sementara Caleb berbicara pada dokter. Aku tak mampu berpikir. Terdengar sekilas bahwa mama mengalami banyak pendarahan. Air mataku mengalir deras. Aku merasa sangat takut, takut kalau pada akhirnya nasib mama akan berakhir seperti papa.

Caleb lalu duduk dan menundukkan kepala. Kupikir ia menangis. Tapi ternyata ia sedang berdoa. Aku tak pernah berdoa, apalagi ke gereja semenjak papaku meninggal. Padahal, dulu aku selalu rajin berdoa dan ke gereja. Aku kecewa, tak mengerti apa maksud Tuhan membiarkan tragedi menimpa keluarga kami. Namun sekarang, tak ada lagi yang bisa kulakukan selain berdoa.

"Tuhan Yesus, aku datang pada-Mu. Aku mohon supaya Engkau jangan mengambil mama. Sembuhkanlah mama, ya Tuhan. Aku berjanji untuk menuruti setiap perkataan mama, aku berjanji, ya Tuhan. Aku berjanji untuk berubah, hanya mama satu-satunya orang yang aku sayangi di dunia ini, izinkan aku untuk menunjukan kasih seorang anak kepada mama, ya Tuhan. Aku mohon, ya Tuhan. Amin"

Satu bulan setelah kecelakaan. Aku baru saja selesai bersaat teduh di teras rumah. Mama menghampiriku dengan kursi rodanya. Segera aku bangkit untuk membantu mama duduk di kursi teras favoritnya. Aku membuatkannya segelas teh hangat. Mama tersenyum. Hatiku ikut terasa hangat. Aku mulai mengerti maksud dari semua yang Tuhan perkenankan terjadi dalam hidupku. Tuhan mau membentuk aku untuk menjadi anak yang lebih taat dan menyayangi mamaku. Dan yang lebih penting, Tuhan menarik aku kembali untuk membangun relasi yang erat dengan-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar