Santapan Rohani Hari Ini: Dunia Yang Lebih Baik

Posted On // Leave a Comment

Santapan Rohani Hari Ini: Dunia Yang Lebih Baik


Dunia Yang Lebih Baik

Posted: 28 Mar 2014 10:00 AM PDT

Sabtu, 29 Maret 2014

Dunia Yang Lebih Baik

Baca: 1 Petrus 2:9-12

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

2:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.

2:12 Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.

Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya . . . mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah. —1 Petrus 2:12

Dunia Yang Lebih Baik

Dalam Peanuts, salah satu kartun kegemaran saya yang menampilkan Charlie Brown, tokoh Lucy yang selalu percaya diri menyatakan, "Bagaimana mungkin dunia ini menjadi semakin buruk dengan aku hidup di dalamnya? Sejak aku lahir, jelas-jelas dunia menjadi semakin baik!"

Tentu saja, Lucy sedang menunjukkan suatu pendapat yang tidak masuk akal dan ia sedang meninggikan dirinya sendiri. Akan tetapi, maksud yang hendak disampaikannya itu memang menarik. Apa yang akan terjadi apabila kita memang berusaha membuat dunia ini menjadi lebih baik dengan cara memperlihatkan kasih Kristus di mana pun Allah menempatkan kita?

Tatkala Petrus menulis kepada orang-orang percaya yang sedang teraniaya, ia menasihati mereka untuk memiliki "cara hidup yang baik" (1Ptr. 2:12) dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang pada akhirnya akan memuliakan Allah. Dengan kata lain, kita bisa menjadikan dunia lebih baik melalui setiap tindakan kita. Bayangkan perubahan yang akan terjadi di tengah dunia ini ketika kasih, belas kasihan, pengampunan, keadilan, dan damai sejahtera tersebar melalui perbuatan-perbuatan kita yang meneladani Kristus. Saya selalu meyakini, andai kata kita menerapkan ayat tersebut dalam hidup kita sehari-hari, orang mungkin akan berkata, "Kantor kami menjadi lebih baik karena ______ bekerja di sini" atau "Lingkungan kami menjadi lebih baik" atau "Sekolah kami menjadi lebih baik."

Kita tidak bisa seorang diri saja mengubah seluruh dunia ini, tetapi oleh anugerah Allah, kita bisa memakai perubahan yang Kristus telah perbuat dalam diri kita untuk mengubah dunia di sekitar kita. —JMS

Kasih berarti memberikan yang dunia butuhkan,
Kasih berarti berbagi menuruti pimpinan Roh,
Kasih berarti mau peduli ketika dunia menangis,
Kasih berarti melayani dengan belas kasih Kristus. —Brandt

Setiap orang bisa menjadikan dunia ini lebih baik— dengan membuat kemuliaan Kristus bersinar melalui kita.

Ucapan yang Buruk

Posted: 28 Mar 2014 01:00 AM PDT

ucapan-yang-buruk

Setidaknya ada empat implikasi yang muncul ketika kita memikirkan tentang buah yang tidak baik, seperti yang disebutkan Tuhan Yesus dalam Matius 12:

1. Buah itu tidak bermanfaat
Pertama-tama, buah yang sudah rusak atau busuk tidaklah bermanfaat. Demikian pula dengan perkataan yang tidak baik. Tidak menguatkan, tidak membangun, tidak menolong. Tidak ada gunanya selain untuk dibuang di tempat sampah.

2. Buah itu bisa membuatmu sakit.
Yang kedua, buah yang tidak baik bisa membuatmu sakit jika kamu mencoba memakannya. Demikian pula perkataan yang tidak baik bisa membuat orang sakit. Dengan kata lain, perkataan yang tidak baik bukan hanya gagal untuk memberikan manfaat yang baik, tetapi juga bisa menyebabkan sesuatu yang buruk. Kata-kata bisa melukai orang sangat dalam. Kata-kata bisa seperti virus yang menularkan penyakit "kebencian" atau "kekurangajaran" dari orangtua kepada anak, dari satu teman kepada teman lain, atau dari satu rekan kerja kepada rekan kerja lainnya. Perkataan yang tidak baik dapat membuat orang yang dipaksa "memakannya" menjadi sakit.

3. Baunya tidak enak dan membuat suasana di sekitarnya ikut tidak enak.
Ketiga, buah yang rusak atau busuk mengeluarkan aroma yang tidak enak dan membuat udara di sekitarnya ikut tidak enak. Aku ingat beberapa teman di sekolah yang selalu membawa aroma vulgar ke mana pun mereka pergi. Mereka selalu membuat lelucon yang jorok. Yang menyedihkan, makin jorok leluconnya, makin keras mereka tertawa. Dengan perkataan mereka membuat suasana sekitarnya sangat tidak enak. Semua orang merasa tidak nyaman, kecuali diri mereka sendiri. Dan dalam suasana semacam itu, akan sangat sulit untuk memikirkan hal-hal yang baik, indah, dan mulia. Sulit menikmati keindahan dari sebuah tempat pembuangan sampah.

4. Kemungkinan buah itu berasal dari pohon yang terserang penyakit.
Hal keempat yang bisa dipikirkan tentang buah yang rusak atau busuk, adalah kemungkinan bahwa itu berasal dari sebuah pohon yang terserang penyakit. Jika begitu muncul pada batang pohon, buah itu sudah tidak baik, tentulah pohonnya sendiri tidak baik. Demikian pula jika kata-kata yang keluar dari mulut sudah tidak baik, kita tahu bahwa ada masalah dengan sumbernya.

Tuhan Yesus berkata, "yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Aku berkata kepada-Mu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:34-37)

Perkataan yang keluar dari hati yang tidak meletakkan pengharapan di dalam Tuhan, tidak akan menunjukkan kasih kepada mereka yang mendengarnya. Bagaimana kita dapat menjadikan perkataan kita sebagai sarana kasih karunia bagi orang lain jika kita sendiri tidak memiliki pengharapan di dalam anugerah Tuhan? Dari hati yang tanpa pengharapan, penuh frustrasi, kemarahan, dan kepahitan, muncullah semua perkataan yang tidak baik dan menyakitkan.

Orang yang peduli dengan nilai-nilai moral yang baik akan bertanya: Apakah aku sudah menghindari perkataan yang kotor? Tetapi pengikut Kristus akan bertanya lebih jauh: Apakah aku membangun iman orang lain dengan apa yang aku ucapkan? Apakah perkataanku telah menjadi sarana untuk menunjukkan kasih karunia?

diadaptasi dari: Make Your Mouth a Means of Grace oleh John Piper

0 komentar:

Posting Komentar