Santapan Rohani Hari Ini: Penyesalan Pembeli |
Posted: 30 Jan 2014 09:00 AM PST Jumat, 31 Januari 2014
Baca: Kejadian 3:1-83:1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” 3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” 3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, 3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” 3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. 3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 3:8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran. —Yesaya 61:10
Pernahkah Anda merasa menyesal setelah membeli sesuatu? Saya pernah. Tepat sebelum saya membayar barang tersebut, hati saya merasa begitu senang akan mendapatkan sesuatu yang baru. Namun setelah membelinya, gelombang penyesalan pun datang menerjang. Apakah saya benar-benar membutuhkan benda ini? Haruskah saya mengeluarkan uang sebesar itu? Dalam Kejadian 3, kita menemukan peristiwa penyesalan pembeli yang terjadi untuk pertama kalinya. Seluruh kisahnya diawali dengan seekor ular yang licik dan promosi penjualannya. Ia membujuk Hawa untuk meragukan firman Allah (ay.1). Kemudian ia memanfaatkan ketidakyakinan Hawa dengan membuatnya meragukan karakter Allah (ay.4-5). Ia menjanjikan kepada Hawa bahwa matanya akan “terbuka” dan ia akan menjadi “seperti Allah” (ay.5). Hawa pun memakan buah tersebut. Adam juga. Lalu dosa memasuki dunia. Adam dan Hawa tidak mendapatkan semua yang dijanjikan si ular. Mata mereka memang terbuka, tetapi mereka tidak menjadi seperti Allah. Sebaliknya, tindakan pertama mereka adalah lari bersembunyi dari Allah (ay.7-8). Dosa membawa konsekuensi yang mengerikan. Dosa selalu menjauhkan kita dari hal terbaik yang telah Allah sediakan. Namun oleh belas kasihan dan anugerah-Nya, Allah mengenakan pakaian dari kulit binatang kepada Adam dan Hawa (ay.21). Inilah isyarat tentang apa yang akan dilakukan Yesus Kristus bagi kita di kemudian hari dengan mati di kayu salib untuk menebus kita dari dosa. Darah-Nya tercurah supaya kita dapat mengenakan jubah kebenaran-Nya dan tidak lagi digelayuti oleh rasa penyesalan! —PFC Maka akan kutetapkan hatiku untuk mendapatkan Salib, yang mengungkapkan kebenaran Allah, telah menganugerahkan kebenaran itu bagi umat manusia. |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar