Santapan Rohani Hari Ini: Waktu Tenang |
Posted: 16 Aug 2013 10:00 AM PDT Sabtu, 17 Agustus 2013 Baca: Markus 6:30-32 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” —Markus 6:31 Saya merasa takjub ketika memperhatikan pengaruh gaya tarik bulan pada lautan kita yang luas—suatu fenomena yang menciptakan gelombang pasang naik dan surut. Di setiap pergantian gelombang yang pasang surut itu, terdapat suatu masa pendek yang disebut “waktu tenang”, yaitu waktu ketika air pasang tidak naik ataupun surut. Menurut para ilmuwan, inilah saat ketika air “tidak dalam keadaan tertekan”. Saat itulah air mengalami suatu jeda yang tenang sebelum arus gelombang pasang menggelora kembali. Terkadang dalam jadwal kita yang padat, kita mungkin merasa ditarik ke sana sini oleh berbagai tanggung jawab yang bersaing menuntut perhatian kita. Dalam pelayanan Yesus, kita melihat bagaimana Dia mengerti tuntutan yang dirasakan para pengikut-Nya dan juga pentingnya istirahat. Setelah kembali dari perjalanan pelayanan berdua-dua, kedua belas murid melaporkan hal-hal luar biasa yang Allah sudah lakukan melalui mereka (Mrk. 6:7-13,30). Namun Yesus menjawab: “‘Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!’ Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi” (ay.31-32). Tanggung jawab apa yang sedang membebani Anda hari ini? Tidak ada salahnya Anda merencanakan waktu untuk beristirahat dan bersantai guna menyegarkan badan dan jiwa Anda supaya pelayanan Anda kepada sesama dapat lebih menghasilkan buah. Yesus menyarankannya dan kita semua membutuhkannya. Dia akan menemui Anda di sana. —HDF Gembalaku adalah Tuhan Menikmati waktu teduh bersama Allah dapat memberi Anda ketenangan dari-Nya. |
Posted: 16 Aug 2013 01:00 AM PDT Dirgahayu Republik Indonesia! Bulan Agustus ini, kita memperingati kemerdekaan Republik tercinta yang ke-68 tahun dari kungkungan penjajah. Saat merenungkan makna kemerdekaan ini, saya teringat pada sebuah artikel dalam Santapan Rohani yang membahas ayat berikut: "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." — Roma 6:18 Sang penulis menjelaskan, "Dosa membutuhkan induk semang untuk berkembang. . . . Bila dosa menguasai manusia sebagai induk semangnya, ia akan terus bekerja untuk menghancurkannya selama sang induk itu masih hidup. Kita bersyukur, oleh pengorbanan Yesus yang mati disalib, orang Kristen 'telah dimerdekakan dari dosa' (Rm. 6:18). Meskipun kita masih berbuat dosa, Roh Kudus yang tinggal dalam kita menolong kita melawan 'virus dosa', keinginan daging (Gal. 5:16). Rasul Yohanes mengatakan pada kita: 'Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah' (1Yoh. 3:9)." Kitab Suci mengingatkan kita bahwa kemerdekaan yang sejati adalah kesanggupan untuk tidak lagi berbuat dosa, dan menjalani hidup yang berkenan kepada Allah. Pada bulan ini, sembari kita merayakan kemerdekaan dan menikmati kebebasan, kiranya kita juga mengingat jiwa-jiwa yang masih harus dibebaskan dari belenggu dosa. Berdoalah bersama kami:
Kami bersyukur atas kerja sama yang terjalin dengan sesama umat percaya yang menggunakan materi-materi kami untuk membawa kemerdekaan rohani bagi banyak jiwa. Kiranya kita terus menghidupi kemerdekaan rohani kita dan semakin giat memberitakan kebenaran Allah yang sanggup memerdekakan manusia (Yoh. 8:32). Bersama melayani-Nya, Netty Susanto |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar