Santapan Rohani Hari Ini: Setiap Kata Berarti |
Posted: 17 Jun 2013 10:00 AM PDT Selasa, 18 Juni 2013 Baca: Ulangan 4:1-10 Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu. —Ulangan 4:2 Kim Peek adalah seorang savant (orang dengan ingatan luar biasa) yang hafal akan semua isi drama karya Shakespeare. Pada suatu pertunjukan drama berjudul Twelfth Night (Malam Kedua Belas), Peek memperhatikan bahwa si aktor telah menghilangkan satu kata dari salah satu dialognya. Peek tiba-tiba berdiri dan berteriak, “Stop!” Si aktor pun meminta maaf dan berkata bahwa ia mengira tidak akan ada orang yang keberatan pada tindakannya itu. Peek menjawab, “Shakespeare pasti keberatan.” Perkataan memang berarti—apalagi jika itu adalah firman Allah sendiri. Musa memperingatkan bangsa Israel, “Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu” (Ul. 4:2). Musa sering kali mengingatkan umat Israel akan belas kasih dan kesetiaan Allah kepada mereka di masa lalu. Namun ia juga menekankan pentingnya ketaatan pada perintah Allah ketika mereka sedang bersiap-siap untuk masuk ke Tanah Perjanjian. Ia mengatakan kepada mereka bahwa ketaatan akan menghasilkan berkat dalam hidup dan warisan yang melimpah (ay.39-40). Setiap perintah dan ketentuan yang ada itu berarti bagi Allah. Sikap umat yang menghormati firman Allah menunjukkan bahwa mereka juga menghormati Allah. Hari ini, ketika kita menghormati firman Allah, membacanya dengan sangat teliti, dan mematuhi apa yang tercantum di dalamnya, kita sedang memberikan kepada Allah sikap hormat yang memang layak diterima-Nya. —MLW Alkitab tetap ada hingga selamanya Firman Allah tidak perlu ditambahi atau dikurangi. |
Posted: 17 Jun 2013 02:00 AM PDT Cerita Oleh Hady Kristian
Mata Vino melirik ke segala penjuru dengan seksama. Pandangannya membersitkan suatu niat. Malam semakin larut, hanya menyisakan lolongan anjing liar di kehidupan jalan yang keras. Dalam keheningan, terdengar raungan lain––cacing perutnya yang kelaparan. Vino berpikir, jika ia tidak segera mengganjal perutnya, ia tidak yakin dapat melalui dinginnya malam. Ia tidak mau bernasib sama seperti beberapa orang yang dikenalnya. Mereka mati dalam keadaan perut kosong. Namun, malam ini ia tidak akan mengais di tong sampah. Bukan pula mengemis di warung makan. Malam ini ia melakoni kembali aksi yang ia mulai sejak dua tahun lalu, yaitu menodong orang. Korbannya tentu saja orang yang pulang kerja lewat tengah malam. Selama dua tahun, profesi gelap tersebut sukses menunjangnya bertahan hidup. Vino membuntuti calon korbannya. Kali ini, lelaki setengah baya yang sedang menjinjing tas. Tasnya terlihat cukup mewah. Bisa saja isinya barang-barang berharga. Selain itu, penampilan lelaki tersebut menjanjikan bahwa bawaannya memiliki nilai. Yakin bahwa target sudah berada dalam situasi terkunci, Vino menyegat lelaki itu. "STOP! Serahkan barangmu!" "CEPAT! Mau saya bunuh?" bentak Vino. Lelaki itu terdiam. Rasa takut tak terpancar dari wajahnya. "Bertobatlah, jalan yang kamu pilih ini salah," ucap lelaki itu. Vino jadi salah tingkah. Belum pernah ada korbannya yang begitu tenang, dan bahkan mengucapkan kata-kata seperti itu. "Jangan buat saya lepas kontrol, ya! Serahkan barangmu, atau nyawamu melayang!" "Baiklah, silakan ambil semuanya, jika itu membuat kamu senang." Dengan pisau tetap teracung pada lelaki tersebut, Vino perlahan mendekat lalu menyambar tas yang berada di jinjingannya. "Letakkan kedua tanganmu di atas kepala, dan teruslah menghadap ke belakang. SEKARANG!" perintah Vino. Lelaki itu menurutinya. Lantas, Vino menggunakan kesempatan itu untuk kabur jauh-jauh dari lokasi kejadian bersama barang curiannya. Menghilang dalam kegelapan malam, meninggalkan empunya barang. Vino tipe yang individual––ia bekerja sendiri tanpa kelompok sebagai pemulus aksinya. Hanya berbekal sebuah pisau lipat, ia merasa persiapannya sudah matang untuk melakukan perbuatan kriminal tersebut. Cukup acungkan pisau dan mengeluarkan berbagai ancaman, maka perintah apa pun pasti dituruti korban. Vino terus berlari, menyari tempat sepi yang aman. Derap kakinya lalu berhenti di sekitar pemukiman kumuh dengan gundukan sampah berseliweran. Tidak ada listrik, siraman dari Sang Rembulan pun kurang. Daerah itu benar-benar ideal baginya melepaskan lelah sejenak. Ia membuka tas tersebut, mengharapkan sejumlah uang atau barang-barang berharga. Namun alangkah terkejutnya Vino, karena isinya ratusan Alkitab saku Perjanjian Baru. Jelas tidak bisa ditukar dengan uang. "SIALLL!" umpat Vino. "Mau diapakan Alkitab-Alkitab ini?" lanjutnya. Ia terus memaki diri. Menyalahkan segenap kebodohan serta ketidaktelitiannya. Sepertinya, malam ini ia harus tidur dengan perut keroncongan. Bersambung . . . |
You are subscribed to email updates from WarungSateKaMu.org To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar:
Posting Komentar